SOLOPOS.COM - Kepala Disdikbud Jateng, Uswatun Khasanah. (Solopos.com-Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jawa Tengah (Jateng) meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) terlibat aktif dalam memberikan pemahaman kepada orang tua siswa terkait pemberian imunisasi campak. Hal ini dikarenakan masih ada orang tua siswa yang tidak setuju atau menolak saat anaknya akan mendapat imunisasi campak dengan alasan keyakinan agama.

Kepala Disdikbud Jateng, Uswatun Khasanah, mengatakan untuk permasalahan keyakinan agama, MUI dinilai sebagai institusi yang berwenang menangani masalah agama. Oleh karenanya, MUI harus dilibatkan dalam melakukan sosialisasi terkait manfaat imunisasi campak pada anak.

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

Tak hanya itu, Uswatun juga menilai jika para orang tua siswa menolak pemberian imunisasi campak lebih cenderung dilihat dari segi manfaatnya. Sehingga, sikap penolakan juga bisa dilihat bila penyebaran informasi dari Dinas Kesehatan (Dinkes) yang kurang maksimal.

“Kalau ada yang menolak imunisasi berarti kan sebagian masyarakat belum bisa mengerti tentang manfaatnya. Masyarakat kita kan sangat heterogen. Tugas Dinkes harus nge-push lagi di kabupaten/kota, termasuk minta bantuan ke ahlinya atau penyuluh kesehatan,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Uswatun berharap Dinkes Jateng juga bisa menyebarluaskan surat edaran untuk mengimbau para orang tua agar mengizinkan anaknya mengikuti imunisasi campak. Termasuk melibatkan tim medis puskesmas untuk menyosialisasikan dan menyebarkan edaran.

“Kalau perlu mendatangkan orang-orang yang berpengalaman mengenai vaksinasi. Supaya semua pihak bergerak dan jangan sampai ada penolakan lagi dari kalangan orang tua siswa,” sambungnya.

Sebelumnya, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jateng, Rahmah Nur Hayati, membenarkan sampai sekarang banyak orang tua siswa yang menolak imunisasi campak. Sebagaian besar berasal dari Karanganyar dan Sukoharjo. Kemudian untuk lembaga pendidikan, mayoritas pada sekolah Islam seperti madrasah ibtidaiah dan madrasah sanawiyah.

“Alasan yang selalu disampaikan karena masalah keyakinan agama masing-masing. Tapi tidak ada lima persen dibanding secara keseluruhan sasaran imunisasi kita. Padahal kan, dampak anak tidak diimunisasi tidak hanya terjadi pada anak saja yang nantinya bisa terkena campak, tapi bisa menjadi sumber penularan pada yang lainya juga,” kata Rahma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya