Jateng
Sabtu, 5 Desember 2015 - 02:50 WIB

WISATA PURWOREJO : Tradisi Jolenan Jadi Andalan Somongari

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tradisi Jolenan Purworejo (istimewa)

Wisata Purworejo salah satunya mengandalkan tradisi Jolenen atau Saparan di Desa Somongari, Kaligesing.

Kanalsemarang.com, SEMARANG-Tradisi acara merti desa atau selamatan desa setiap bulan Sapar yang lebih dikenal dengan Jolenan atau Saparan di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Purworejo dijadikan sebagai paket desa wisata setempat.

Advertisement

Kepala Desa Somongari, Mistiyah menyatakan tradisi Jolenan sebagai bentuk upaya melestarikan budaya atau tradisi leluhur serta sebagai sombol bentuk syukur dan ucapan terimakasih warga kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.

“Ini bentuk atau upaya kami sebagai generasi penerus untuk melestarikan budaya yang telah dilakukan oleh para leluhur. Sekaligus mempertegas Desa Somongari sebagai desa wisata yang memiliki ikon Jonelan yang sudah terkenal di mana-mana,” katanya seperti dikutip dari jatengprov.co.id, Jumat (4/12/2015).

Advertisement

“Ini bentuk atau upaya kami sebagai generasi penerus untuk melestarikan budaya yang telah dilakukan oleh para leluhur. Sekaligus mempertegas Desa Somongari sebagai desa wisata yang memiliki ikon Jonelan yang sudah terkenal di mana-mana,” katanya seperti dikutip dari jatengprov.co.id, Jumat (4/12/2015).

Desa Somongari, lanjut dia, tersebar di lima dusun yakni Tileng, Krajan, Sawahan, Sijanur, dan Dusun Dukuhrejo serta 23 rukun tetangga (RT).

Setiap RT mengirimkan dua jolen, yang dibedakan menjadi jolen lanang dan wadon (jolen laki-laki dan perempuan). Jolen perempuan ditandai dengan buah durian berpita sedangkan joen laki-laki biasanya berupa buah durian yang mengenakan blangkon atau caping
Jolen berbentuk piramida anyaman janur dan berisi tumpeng, ayam panggang, dan berbahai hasil bumi lainnya.

Advertisement

“Biaya pembuatan setiap jolen rata-rata mencapai Rp400.000-Rp500.000. Jolan sendiri berasal dari kata ojo klalen [jangan lupa] terhadap tradisi warisan leluhur,” bebernya.

Kirab jolen dimulai sekitar pukul 10.00 WIB, diarak mulai dari makam leluhur Desa Somongari Kedono-Kedini sampai batas desa dengan jarak kurang lebih enam kilometer.

Jolen akan diperebutkan warga sepanjang rute perjalanan, kecuali jolen yang sudah dinilai dan dinobatkan menjadi pemenang atau juara. Warga kebanyakan mengincar bambu dan janur jolen yang dipercaya mampu menyuburkan tanaman, jika ditanam di sawah atau diikatkan ke pohon buah-buahan.

Advertisement

Namun warga tidak berani merebutkan isi jolen seperti pisang raja atau ambon, tumpeng, sayur, tiga buah ayam panggang, dan olahan hasil bumi lainnya. Warga yang menginginkan isi Jolen harus sabar menunggu hingga prosesi kirab jolen selesai, mereka baru bisa menikmati isi jolen akan dalam kenduri akbar di balai desa setempat.

Selain acara tradisi Jolen, paket desa wisata Somongari dilengkapi objek wisata alam Curug Silangit dan wisata sejarah rumah yang pernah ditempati pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya WR Soepratman.

Desa Somongari, sambung Mistiyah, juga memiliki wisata agro, sebab desa tersebut sebagai wilayah penghasil buah durian dan manggis.
”Para wisatawan bisa menikmati langsung buah durian dan manggis pada saat musim panen,” imbuhnya.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif