SOLOPOS.COM - Sejumlah pemandu wisata melihat gedung bekas Kantor Gabungan Koperasi Batik Indonesia yang beralih fungsi menjadi resto makanan Belanda saat mengikuti tur di kawasan Cagar Budaya Nasional Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Kamis (24/2/2022). Kegiatan tur menyusuri sejumlah bangunan bernilai sejarah di Kawasan Cagar Budaya Nasional Kota Lama Semarang yang diadakan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Semarang bekerja sama dengan Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang itu guna menambah wawasan para pemandu wisata serta membuka potensi wisata sejarah setempat. ANTARA FOTO/Aji Styawan/rwa.

Solopos.com, SEMARANG – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang akan melakukan pelacakan sejarah Kota Semarang hingga ke Museum Leiden, Belanda. Pelacakan data sejarah itu akan dilakukan Disbudpar Kota Semarang bekerja sama dengan tim cagar budaya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Saat ini, Disbudpar dan tim cagar budaya sedang melakukan kajian bangunan bersejarah di Kota Lumpia. Menurut Kepala Disbudpar Kota Semarang, R. Wing Wiyarso, tujuan pelacakan ini adalah untuk memperkuat sektor wisata yang ada.

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

“Kita melakukan kajian ini karena kita butuh database tentang bangunan cagar budaya. Misalnya bangunan yang masuk cagar budaya, ataupun bangunan cagar budaya yang sudah hilang,” katanya, Jumat (13/1/2023).

Pemetaan dan pendataan ulang akan dilakukan melibatkan tim ahli cagar budaya. Namun manuskrip atau catatan soal sejarah Semarang lebih banyak disimpan di museum Kota Leiden, Belanda.

Oleh sebab itu, Disbudpar sesuai arahan Plt Wali Kota Semarang, Hevearita G Rahayu, akan berkoordinasi dengan Kemendikbud untuk menggali data di Leiden.

“Jadi mungkin sistemnya kerja sama dengan Museum Leiden untuk menggali data ataupun dokumen tentang Kota Semarang lewat Kemendikbud. Harapannya akan ada akses ke Museum Leiden Belanda. Sebab di sana birokrasinya susah, misal kasus Kota Bogor, dari data 3.000 sejarah Pajajaran, dari sana hanya dapat tiga foto saja,” beber Wing.

Penataan BCB

Disbudpar, lanjut Wing, menilai adanya manuskrip atau pun data dari Belanda akan memudahkan segi penataan bangunan cagar budaya (BCB). Hal ini berkaitan dengan usaha Pemkot untuk merevitalisasi kawasan Semarang lama, yakni Kota Lama, dan Kampung Melayu. Bukan tidak mungkin, kata Wing, ke depan program ini akan merambah ke Pecinan dan Pekojan.

Khusus untuk revitalisasi Kota Lama, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telang menganggarkan dana mencapai Rp30 miliar. Di sisi lain, kata Wing, Disbudpar juga terus melakukan sosialisasi kepada warga ataupun pemilik bangunan yang diduga masuk dalam kategori cagar budaya, agar bisa dilestarikan.

“Kami minta pemilik bangunan yang belum terdata ini konsultasi dengan tim ahli cagar budaya, karena ada kaidahnya terkait UU Cagar Budaya. Selain itu kita juga sedang mencari referensi, bangunan mana yang belum menjadi cagar budaya,” lanjut Wing.

Sementara itu, sejarawan Kota Semarang, Tri Subekso, menyambut baik rencana pencarian jejak sejarah Kota Semarang ke Belanda oleh Disbudpar. Menurut Subekso, usaha pelacakan jejak sejarah ini penting jika ingin menjadikan Kota Semarang sebagai kawasan tujuan wisata sejarah dan budaya.

“Mau enggak mau kita berhubungan data-data secara arkeologi dan kesejarahan yang harus dicari di Belanda. Memang agak sulit mencari sumber-sumber di sini setelah di tahun 1950 semua arsip di Gedung Papak terbakar usai adanya kericuhan. Satu-satunya cara ya cari ke Belanda,” jelas Subekso.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya