SOLOPOS.COM - Ilustrasi pemilihan umum kepala daerah (JIBI/Harian Jogja/Istimewa)

Solopos.com, SEMARANG – Lembaga survei Aksara menyebut ada lima kandidat yang masuk dalam bursa calon wali kota pada Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Semarang tahun 2024. Kelima orang itu yakni calon petahana Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu; Sekretaris Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Semarang, Ade Bakti; CEO PSIS Semarang yang juga Anggota DPR RI, Yoyok Sukawi; Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang, Iswar Aminuddin, dan terakhir adalah Krisseptiana, yang merupakan istri mantan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.

Peneliti Aksara, Darmawan Iskandar, menyebut elektabilitas Ita, sapaan karib Hevearita Gunaryanti Rahayu, sejauh ini masih lebih unggul dibandingkan empat kandidat lainnya. Meski demikian, suara Ita disebut masih lemah di kalangan milenial atau generasi muda.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

“Surve terakhir kami, Juni 2023, Ita masih di atas. Ada 30 persen lebih [elektabilitas atau tingkat keterpilihan]. Tapi di kalangan milenial, dia rendah. Kalah sama Adhe Bakti dan Yoyok [Sukawi],” ujar Darmawan seusai Forum Group Discussion (FGD) dengan tajuk Membaca Politik Tahun 2024 Jelang Pilwalkot Semarang di Rumah Popo, Kota Semarang, Jumat (19/1/2024).

Padahal, lanjut Darmawan, generasi milenial hingga Gen Z memiliki potensi 52 persen suara pada kontestasi Pilkada atau Pilwalkot Semarang 2024 nanti. Oleh sebab itu, siapa yang berhasil mendulang suara generasi anak muda, menurutnya berpotensi meraih kemenangan.

“Namun tetap saja ini masih dinamis. Tergantung nanti hasil Pilpres dan Pileg bagaimana. Terpasti Aksara temuanya Ita di atas angin, karena incumbent jadi diuntungkan. Maka dapat rekomendasi maju Pilwalkot sangat besar,” ujarnya.

Rekomendasi

Kendati rekomendasi maju Pilwakot Semarang besar, Darmawan menilai bakal muncul sejumlah hambatan di internal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP. Sebab, politik yang cukup dinamis ini bisa membuat PDIP mengusung kader atau sosok lain, tergantung rekomendasi dari Ketua Umum PDIP.

“Kalau ada calon lain kita kan enggak tahu. Misal Adhe Bakti mendadak daftar PDIP dan karena survei internal PDIP dia (Adhe) cukup tinggi? Siapa tahu dapat rekomendasi atau mungkin dipasangkan dengan Ita. Tapi dengan adanya peristiwa Gibran yang dulu mendaftar dan kemudian berbelok pasti juga menjadi catatan untuk pengalaman pengambilan keputusan PDIP kedepan,” imbuhnya.

Sementara itu, mantan Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jawa Tengah, Fajar Saka, justru menilai peta koalisi Pilwakot Semarang tidak akan sama dengan nasional atau Pilpres. Bahkan ia menyebut seseorang juga bisa mencalonkan diri melalui dua jalur, yakni partai maupun perseorangan atau independen.

“Pilkada 2024 ini harus menunggu hasil pileg. Pilpres 1 putaran atau 2 putaran. Prosesnya begitu cepat untuk membahas Pilkada nantinya. Koalisi di Nasional, belum tentu di daerah sama. Bicara Pilkada koalisinya pasti akan berbeda. Dan ada pintu masuk jalur perseorangan. Meskipun sejarahnya di Kota Semarang tidak ada yang lolos [jalur perseorangan] karena syaratnya 6,5 persen atau mengumpulkan 77 ribu pemilih tidak lah mudah,” tutup Fajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya