SOLOPOS.COM - Anak Kepala Suku Kampung Sawe Suma, Distrik Unurum Guay, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, Barnabas Yasa saat memberikan keterangan terkait konflik dengan perusahan Bahana Lintas Nusantara (BLN) di Salatiga, Senin (24/6/2024) sore. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGA – Konflik antara perusahaan Bahana Lintas Nusantara (BLN) dengan warga Kampung Sawe Suma, Distrik Unurum Guay, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, semakin memanas, Senin (24/6/2024). Terbaru, anak kepala suku kampung tersebut yang bernama Barnabas Yasa datang langsung dari Papua ke Kota Salatiga untuk meminta kejelasan kepada investor tambang, Nicholos Nyoto Prasetyo, terkait nasib hutan adat sukunya yang telah rusak akibat pembukaan lahan tambang emas.

Pria yang akrab disapa Abbas itu mengaku sengaja datang jauh-jauh dari Papua untuk meminta keadilan atas hutan adatnya yang telah dirusak dan perusahaan tidak mau bertanggungjawab. “Saya datang tujuan cuma satu, untuk menuntut keadilan. Perusahaan hanya datang asal bongkar dia menghilang. Selama empat bulan kami diberi janji-janji. Maka dari itu kami datang ke sini [Salatiga] minta keadilan,” terang Abbas, Senin (24/6/2024).

Promosi Dapat Dukungan BRI, Klaster Usaha Kain Tuan Kentang Palembang Naik Kelas

Abbas menyebut hutan adat yang telah dirusak untuk pembukaan lahan tambang sekitar 1,8 hectare. Menurutnya, sesuai perjanjian awal, perusahaan hanya akan meratakan sedikit lahan untuk membuat barak pekerja. Namun justru lahan diratakan dengan alat berat.

“Begitu alat berat datang, kami sebagai pemilik bingung juga, langsung dibongkar [dibabat] juga hutan ini. Hutan juga punya aturan untuk dibongkar itu. Masak tidak melalui aturan-aturan yang ada, berarti sudah melanggar adat kami orang Papua,” ungkapnya.

Atas kerusakan hutan adat di Papua itu, kata Abbas, pihaknya meminta kompensasi sebesar Rp20 miliar. Jika uang itu tidak diberikan, maka pihaknya meminta agar perusahaan kembali menanam pohon dan mengembalikan hutan seperti sedia kala.

“Saya datang dari jauh-jauh dari Papua, datang ke sini saya minta Pak Nicho selesaikan saat ini. Saya tidak akan pergi dari tempat ini, dan saya tidak kasih banyak waktu. Saya minta waktu hari ini dengan besok [untuk menyelesaikan],” tegas Abbas.

Jika permintaan itu tidak dipenuhi, Abbas pun meminta Nicholas Nyoto Prasetyo untuk datang ke Papua langsung untuk memperbaiki hutan adat yang telah rusak.

Diberitakan sebelumnya, konflik antara warga Kampung Sawe Suma, Distrik Unurum Guay, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua bermula saat investor tambang asal Salatiga, Nicholas Nyoto Prasetyo, berniat untuk investasi untuk pembukaan tambang emas.

Setelah melalui serangkaian survei dan pembicaraan dengan ketua adat, pada 20 Februari 2024, terjadi kerja sama sistem bagi hasil. Namun pihak perusahaan justru membabat hutan. Selain itu, pembayaran kompensasi diklaim tidak diberikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya