SOLOPOS.COM - Ilustrasi penyakit TBC. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANGDinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng), mencatat ada 98 orang di wilayahnya yang meninggal akibat tuberculosis atau TBC. Mayoritas puluhan orang yang meninggal itu karena putus pengobatan atau lost to follow up.

Sub Kordinator Penyakit Tak Menular dan Menular Dinkes Jateng, Arfian Nevi, mengatakan total estimasi TBC sepanjang 2023 ada sebanyak 73.856 orang. Sementara angka temuannya lebih tinggi dari estimasi, yakni mencapai 115 persen atau ada 85.071 orang.

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

“TBC ini risiko kematianya tinggi. Maka pengobatannya harus rutin dan tidak boleh putus. Dan catatan kami pada 2023 itu ada sekitar 8 persen yang putus pengobatan. Ini berbahaya. Karena yang putus pengobatan ini bisa menularkan TB resisten. kemudian bisa menyebabkan kematian,” kata Arfian kepada Solopos.com, Kamis (1/2/2024).

Arfian menjelaskan, TB resisten adalah kondisi di mana bakteri Mycobacterium Tuberculosis kebal terhadap obat TB lini 1. Akibatnya pasien yang mengalami TB resistensi harus melakukan kombinasi obat di mana dalam hal ini obat lini 2 dan pengobatan lebih lama, yakni 9-24 bulan.

Penanganan TB resistensi itu dilakukan karena bakteri yang lebih kebal dan lebih susah untuk disembuhkan sehingga penanganan lebih sulit. Penyebabnya tak lain karena pasien yang tidak teratur menelan obat anti tuberculosis (OAT) sesuai panduan, menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya, tidak memenuhi anjuran dokter atau petugas kesehatan, gangguan penyerapan obat atau dapat disebabkan oleh tertular dari pasien TB resistensi lainnya.

“Makanya yang tidak tuntas (pengobatannya) ini risikonya (meninggal) tinggi. Penularannya juga langsung TB resisten. Dan kalau tidak segera ditangani, diobati, itu kumannya kan menyerang paru-paru. Akibatnya bisa merusak organ dan berujung kematian. Dan pada 2023 yang meninggal itu ada, tapi sedikit, di bawah 8 persen pokoknya,” jelasnya.

Lebih jauh, mengutip dari data Dinkes Jateng terkait Tuberkulosis Resisten Obat (TB-RO) atau evolution of DR TB treatment 2023 cut off 8 Januari 2024, jumlah kasus ada sebesar 920 kasus dengan 730 di antaranya dalam pengobatan. Adapun yang sembuh sebanyak 17 orang, lost to follow up 25 orang, dan meninggal 98 orang.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jateng, Irma Makiyah, mengaku akan terus berupaya mewujudkan Jawa Tengah bebas dari penyakit TBC pada 2030. Salah satu upaya yang dilakukan dengan melakukan kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak dalam pencegahan dan penanganan TBC, termasuk Tim Penggerak PKK.

“Pada 2023 ini, dari estimasi 73.856 [orang], tapi cakupan temuannya mencapai 85.071 (orang) atau 115 persen, (besaran itu) di atas nasional. Cakupan temuan terbanyak Kabupaten Tegal, nomor satu nasional,” ungkap Irma.

Dinkes Jateng juga mengapresiasi pendampingan yang dilakukan USAID di lima kabupaten/kota, yakni Kota Semarang, Solo, Kabupaten Kudus, Tegal, dan Cilacap, selama lima tahun mulai Juli 2023 sampai Juli 2028. Sehingga, diharapkan Jawa Tengah bisa bebas TBC pada 2030.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya