SOLOPOS.COM - Kelenteng Cu An Kiong di Lasem, Rembang, yang disebut-sebut sebagai kelenteng tertua di Jawa. (wikipedia.org)

Solopos.com, REMBANG — Daerah Lasem di Rembang, Jawa Tengah (Jateng), kerap dijuluki sebagai Tiongkok Kecil. Oleh karenanya, banyak bangunan bergaya arsitektur Tiongkok di Lasem, Rembang, termasuk kelenteng. Berikut deretan kelenteng tertua di Lasem, di mana salah satunya disebut-sebut sebagai yang tertua di Pulau Jawa.

Lasem merupakan nama sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah (Jateng). Dahulu Lasem dikenal juga sebagai Tiongkok Kecil. Julukan ini diperoleh Lasem karena menjadi lokasi pertama pendaratan orang-orang Tiongkok ke Pulau Jawa.

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Saking kentalnya dengan nuansa Tiongkok, banyak bangunan bernuansa China yang ada di Lasem, Rembang. Salah satu bangunan itu dapat dilihat dari berdirinya sejumlah kelenteng atau tempat ibadah umat Tri Dharma di Lasem, Rembang.

Berikut deretan kelenteng tertua di Lasem, Rembang, di mana salah satunya disebut-sebut sebagai yang tertua di Jawa.

1. Kelenteng Cu An Kiong

Kelenteng Cu An Kiong ini berlokasi di Desa Dasun. Kelenteng ini merupakan kelenteng tertua di Pulau Jawa yang dibangun sekitar abad ke-15.

Namun belum ada catatan pasti mengenai peletakan batu pertama kelenteng ini. Pemugaran demi pemugaran dilakukan di kelenteng tersebut.

Dilansir dari Wikipedia.com, pemugaran dilakukan terakhir kalinya pada tahun 1868 silam. Kelenteng ini dijadikan sebagai tempat pemujaan untuk Makco Thian Siang Sing Bo atau Dewa Pelindung Laut yang dianggap telah memberikan keselamatan di laut kepada orang Tionghoa saat merantau ke negara lain.

Dilansir dari id.wikipedia.org, kelenteng ini juga dipercaya merupakan kelenteng yang menghormati dua orang China yang kali pertama mendarat di Lasem, yakni pria bermarga Chen (Tan) dan Huang (Oey).

Bahkan, keduanya juga dipuja di Rembang dan Juwana. Cerita versi lain, kedua tokoh China ini adalah pahlawan Lasem yang turut berperang bersama orang-orang Jawa melawan VOC pada 1740-1743. Orang Jawa mengenang peristiwa di zaman itu dengan sebutan “Geger Pacinan”.

2. Kelenteng Poo An Bio

Selanjutnya, ada Kelenteng Poo An Bio yang berlokasi di Karangturi. Kelenteng ini dibangun sekitar tahun 1740. Pada zaman itu, pascamendaratnya Laksmana Cheng Ho, warga Tiongkok mulai menyebar ke daerah Karangturi atau lebih tepatnya berada di sebelah selatan jalan pantura Lasem.

Dilansir dari berbagai sumber, dengan altar utama Guo Seng Wang, terdapat lukisan sejumlah 100 buah pada tembok kelenteng lengkap dengan cerita pendek yang menarik. Cerita tersebut merupakan cerita rakyat yang mengandung pesan moral.

3. Kelenteng Gie Yong Bio

Terakhir, ada Kelenteng Gie Yong Bio yang ada di Desa Babagan. Menurut cerita orang terdahulu, tempat tersebut didirikan pada tahun 1780 untuk menghormati leluhur yang berani gugur di medan perang melawan penjajah Belanda pada tahun 1742 hingga 1750.

Dalam pertempuran tersebut disebut dengan Perang Kuning yang dipimpin oleh Raden Ngabehi Widyaningrat (Oey Ing Kiat) sebagai Adipati Lasem, dibantu Panji Margono dari tokoh Jawa serta K. Ali Baedlowi atau disebut Mbah Joyo Tirto (Jotirto) atau juga K. Baedlowi atau juga K. Ali Badawi dari tokoh pesantren.

Dilansir dari berbagai sumber, kelenteng ini adalah saksi betapa eratnya hubungan emosional antara orang asli Indonesia atau pribumi dengan orang Tionghoa atau juga dengan umat muslim kala itu. Hubungan baik orang pribumi dengan orang Tionghoa di Lasem sangat berbeda dengan kota lain di Indonesia.

Salah satu, tokoh agama yang juga pemimpin Ponpes Kauman Karangturi KH. Zaim Ahmad mengatakan, pada tahun 1742, di Lasem pernah terjadi perang antara pribumi, China dan tokoh pesantren melawan VOC atau belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya