SOLOPOS.COM - Penampilan jamu coro khas Demak yang sudah tersaji. (Istimewa/Instagram @pacarkecilku)

Solopos.com, DEMAK — Di tengah-tengah keindahan arsitektur masjid megah dan situs bersejarah, Demak sering dikaitkan dengan warisan budaya sejarah agung dan wisata religinya. Namun di balik itu semua, ternyata Demak juga dapat memanjakan indera pengecap wisatawan lokal maupun wisatawan asing.

Siapa yang pernah mendengar minuman bernama jamu coro? Ya, minuman ini merupakan salah satu sajian khas kabupaten yang dijuluki sebagai Kota Wali ini.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Meski terdengar asing, nyatanya minuman ini berhasil menunjukkan eksistensinya dengan menduduki peringkat dua kategori minuman tradisional dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) Award 2021.

Jangan salah sangka, pengucapan kata coro yang tersemat bukanlah kata coro dalam bahasa Jawa yang berarti kecoak, tetapi lebih mengarah pada pengucapan kata coro yang berarti cara atau upaya.

Dilansir dari berbagai sumber, wedang jamu coro ini dahulu sering disebut sebagai wedang blung karena berasal dari suara blung yang terdengar ketika mengambil wedang ini.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari laman website dinkominfo.demakkab.go.id pada Sabtu (19/8/2023), jamu coro merupakan minuman tradisional yang dihidangkan dalam pertemuan atau kegiatan keraton Demak Bintoro.

Meskipun peminat jamu coro dari ke hari semakin berkurang, namun wedang jamu coro ini masih dilestarikan oleh masyarakat dari zaman Kasultanan Bintoro hingga sekarang.

Umumnya, wedang jamu coro ini banyak diperjualbelikan di pagi dan sore hari dengan berkeliling di kampung-kampung. Wedang ini diperdagangkan dengan menggunakan wadah kendil yang terbuat dari tanah yang diselimuti dengan kain yang terbungkus plastik di atas kendilnya. Untuk mengambilnya sendiri menggunakan seperti bambu kecil dengan gagang kayu.

Penggunaan wadah kendil dan kain berbungkus plastik ini bukan tanpa sebab, tujuannya untuk mempertahankan kehangatan jamu serta memelihara ciri khas yang diwariskan oleh leluhur. Namun tak jarang, beberapa pedagang memilih untuk beralih menggunakan panci dibanding dengan kendil.

Meskipun dinamai wedang atau minuman, nyatanya jamu coro ini tidak bertekstur encer seperti jamu pada umumnya, lo. Wedang jamu coro justru bertekstur seperti bubur halus dengan aroma rempah yang kuat. Lantaran teksturnya inilah wedang ini kerap kali disebut juga dengan bubur jamu coro.

Diracik dengan 15 rempah-rempah seperti kayu manis, santan kelapa, serai, jahe, hingga gula merah, jamu coro ini memiliki banyak khasiat dan manfaat. Dengan kombinasi perpaduan rasa manis dan pedas, jamu coro ini mampu menghangatkan dan menyegarkan tubuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya