SOLOPOS.COM - Potret proyek tol tanggul laut di kawasan pesisir Kota Semarang yang diklaim menyusahkan nelayan, Jumat (2/2/2024). (Solopos.com-Ria Aldila Putri)

Solopos.com, SEMARANG — Pemerintah saat ini tengah mengebut pembangunan proyek Tol Semarang-Demak, yang disebut-sebut juga menjadi tanggul laut untuk mengatasi bencana banjir dan rob yang kerap melanda wilayah Pantura Semarang dan Demak. Ironisnya, pembangunan proyek tol tanggul laut itu disebut-sebut memberikan dampak negatif bagi warga sekitar, khususnya yang berprofesi sebagai nelayan.

Keluhan ini pun disampaikan seorang nelayan Terboyo Wetan, Kota Semarang, Agus. Pria berusia 45 tahun itu tampak duduk termangu di atas perahu kecilnya saat dijumpai Solopos.com di Polder Sringin, Jumat (2/1/2024).

Promosi Digitalisasi Mainkan Peran Penting Mendorong Kemajuan UMKM

Agus mengaku sebenarnya ingin mencari ikan hingga ke tengah lautan. Meski demikian, perahunya tertahan akibat adanya proyek tol tanggul laut yang kini berjalan. Pembangunan tol tanggul laut Semarang-Demak itu disebut menutup akses para nelayan untuk pergi ke tengah lautan. Hal ini dikarenakan sepanjang jalur laut yang biasa dilintasi nelayan terpasang rambu-rambu, yang merupakan tanda peringatan bahaya bagi perahu kecil yang melintas.

“Sudah beberapa bulan ini pokoknya semenjak proyek berjalan. Ini perahu nelayan tangkap yang ada di sini tidak bisa keluar ke laut karena di sana ditutup. Ada bambu yang dipasang, katanya bagian dari proyek itu sepanjang 5 kilometer yang kena,” tutur Agus.

Mata Pencarian

Ia menjelaskan, semenjak proyek tol dan tanggul laut ini dibangun ia dan puluhan nelayannnya hanya bisa berputar putar di kawasan Kali Sringin. Praktis pendapatan mereka pun turun drastis. Padahal, mereka harus menghidupi keluarga.

“Dulu waktu masih melaut sehari bisa dapat Rp100.000 hingga Rp200.000. Banyak tangkapan seperti ikan kakap, udang, ikan sembilang, dan lainnya. Sekarang bisa dapat Rp50.000 saja sulit,” keluh Agus.

Agus pun tak berani mengambil risiko menembus tiang bambu yang terpancang di dasar lautan pada proyek tol tanggul laut Semarang-Demakk itu. Ia tak mau mengorbankan perahu kecil miliknya rusak atau bocor jika nekat menerobos bambu-bambu tersebut.

“Itu kan bambu kalau ditabrak bahaya, perahu bisa bocor atau pecah. Wong perahunya orang proyek saja sering kena dan rusak,” ungkapnya.

Ia mengaku sejak awal proyek itu berjalan, ia dan puluhan nelayan lain tak pernah dilibatkan. Bahkan, ia tak pernah mendapat sosialisasi terkait pembangunan tol tanggul laut yang menjad bagian Tol Semarang-Demak Sesi 1 itu.

“Tidak pernah ada ada sosilisasi, baik saya dan puluhan nelayan lainnya di daerah Terboyo Wetan dan Trimulyo. Kami juga tidak pernah dapat bantuan apa pun dari pemerintah maupun kontraktor [pelaksana proyek],” ungkapnya.

Sebenarnya dirinya dan nelayan lain pernah bertemu dengan kontraktor, Pemkot Semarang, hingga anggota DPR untuk membicarakan nasib yang terdampak proyek tol tanggul laut. Namun, hingga kini tidak ada solusi yang diberikan guna mengatasi persoalan tersebut.

Target 2025

Agus pun khawatir proses pembangunan tol itu akan membuat dirinya dan keluarga semakin kesulitan mencari nafkah. Apalagi, proyek tersebut ditarget baru selesai tahun 2025.

“Sebenarnya kalau sudah jadi kita diberi jembatan dan labuhan, tapi kalau sekarang kan tidak bisa lewat sama sekali. Masa kita mau seperti ini sampai bertahun-tahun. Kita kesulitan,” keluhnya.

Senada disampikan nelayan asal Trimulyo, Matjiyanto, 62, yang mengaku juga sulit melaut gegara proyek tol tanggul laut itu. Padahal selama ini dirinya hanya menggantungkan mata pencarian dari mencari ikan di laut.

“Mohon maaf, kalau untuk pindah kerja di pabrik, kami ini enggak punya ijazah. Menurut saya, nelayan itu keterampilannya ya ini [menangkap ikan], pendidikannya ya seperti ni. Jadi ketika misal diminta kerja di tempat lain ya sulit,” keluhnya.

Ia juga berharap ada uluran bantuan dari pemerintah dan pihak kontraktor. Setidaknya untuk meringankan beban hidup mereka selama proses pembangunan tol tanggul laut atau Tol Semarang-demak selesa.

“Kami mau minta tolong sama siapa lagi kalau bukan negara,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya