SOLOPOS.COM - Petani Desa Pledokan, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah saat memanen kopi wulung yang kaya akan manfaat untuk kesehatan, Senin (18/9/2023). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN — Sebagai daerah yang diapit pegunungan dan perbukitan, Kabupaten Semarang, Jateng memiliki beragam potensi kopi lokal yang melimpah. Salah satunya adalah kopi wulung di Desa Pledokan, Kecamatan Sumowono.

Kopi kebanggaan warga Desa Pledokan ini tergolong cukup jarang ditemui. Sebab, sangat susah untuk ditanam ataupun dibuat pembibitannya.

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

Hal itu diungkapkan salah seorang petani dari Kelompok Tani Suka Maju I, Desa Pledokan, Waluyo. Dia mengatakan kopi wulung merupakan jenis kopi yang susah untuk ditanam oleh para petani kopi di Desa Pledokan karena tidak bisa ditanam melalui proses pembibitan.

“Kopi wulung ini proses tumbuhnya ya tumbuh begitu saja. Istilahnya ‘tukulan’. Kopi ini hanya bisa ditemui di sini [Desa Pledokan],” bebernya kepada Solopos.com, Senin (18/9/2023).

Diakuinya, secara kasatmata pohon kopi wulung berbeda dengan tanaman kopi lainnya. Bentuk tanamannya sendiri bisa tumbuh menjulang ke atas.

Kemudian banyak ditumbuhi daun muda. Hal paling terlihat berbeda, yakni warna dari buah kopi dan daunnya yang berwarna ungu.

“Ukuran bijinya juga lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis kopi lainnya,” ungkap Waluyo.

Lantaran sulitnya proses tanam, kopi yang memiliki cita rasa pahit itu pun sudah mulai langka ditemui. Untuk itu para petani kopi Pledokan melakukan proses setek kopi wulung dengan kopi lainnya.

“Selain kopi wulung, di sini kami memiliki unggulan kopi robusta, arabika, dan juga ekselsa atau beo,” terangnya.

Kopi wulung, lanjut Waluyo, hanya cocok jika dilakukan setek dengan kopi jenis robusta. Sebab jika bukan robusta, maka akan mempengaruhi rasa dari kopinya. Jika disetek dengan kopi robusta rasanya tidak akan berbeda jauh.

Di balik sulitnya cara menanam kopi wulung, masyarakat sekitar percaya jika kopi wulung memiliki manfaat untuk kesehatan dan obat untuk berbagai macam penyakit.

“Kopi wulung adalah jenis kopi yang biasa digunakan untuk obat berbagai macam penyakit, seperti disentri, asam lambung, hipertensi, asam urat, dan penyakit dalam lainnya,” beber Waluyo.

Cara mengonsumsi kopi wulung pun berbeda dengan cara meminum kopi yang lainnya. Warga Pledokan biasanya meminum kopi wulung satu hari sekali, yakni saat sebelum tidur.

“Saat membuatnya tidak boleh menggunakan gula agar bisa menikmati cita rasa pahit dari kopi wulung,” ungkapnya.

Dengan sulitnya dikembangkan dan manfaatnya yang sangat banyak itu, harga kopi wulung sangat tinggi. Per kilogramnya, harga biji kopi wulung bisa sampai Rp400.000-Rp450.000.

Jika sudah dalam bentuk kemasan dan bentuk bubuk, harganya bisa mencapai Rp700.000-Rp850.000.

“Pasarnya pun tidak hanya di Kabupaten Semarang, melainkan juga di daerah-daerah lain,” terangnya.

Waluyo juga bercerita di Desa Pledokan tidak hanya memproduksi kopi wulung. Melainkan terdapat produksi beberapa kopi lain, seperti robusta dan arabika.

Kopi robusta dan ekselsa memiliki rasa khas kopi yang pahit dan ada rasa asam serta buah-buahan. Di antara jenis robusta, seperti robusta nangka dan robusta alpukat. Rasa itu diperoleh kaena tanaman kopinya ditanam berdekatan dengan pohon buah jenis tersebut.

“Jadi rasa-rasanya unik dan banyak dicari oleh para pencinta kopi, baik di Kabupaten Semarang maupun di luar Kabupaten Semarang,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya