SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani padi. (Freepik)

Solopos.com, BLORA – Distribusi pupuk organik menjadi salah satu kendala besar bagi para petani di kawasan lereng Pegunungan Kendeng untuk bercocok tanam. Bahkan, mereka sering tidak mendapatkan jatah pupuk bersubsidi.

Kepala Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan Blora, Ngaliman, mengatakan para petani di lereng Pegunungan Kendeng bahkan sampai tidak pernah memupuk tanaman mereka. “Rata-rata [petani Kendeng] tidak pernah memupuk,” ujarnya kepada Solopos.com, Kamis (30/11/2023).

Promosi Cerita Klaster Pisang Cavendish di Pasuruan, Ubah Lahan Tak Produktif Jadi Cuan

Ngaliman mengakui daerah kawasan hutan seperti di lereng Pegunungan Kendeng banyak yang tidak mendapatkan jatah bersubsidi. Untuk itu, diadakan Gerakan Sejuta Kotak Umat untuk memanfaatkan kotoran hewan sebagai pupuk organik.

Pupuk kotoran hewan ini menjadi solusi karena banyaknya hewan ternak di kawasan Blora. Bahkan, Blora menjadi kabupaten dengan populasi sapi ternak terbanyak hingga mencapai 285.000 ekor.

Program tersebut sudah berjalan beberapa bulan dengan pendampingan dari Dinas Pertanian Blora. Menurut Ngaliman, para petani di Blora, termasuk di kawasan Pegunungan Kendeng cukup semangat dalam mendukung program Gerakan Sejuta Kotak Umat.

Program ini dimulai dengan pembuatan bangunan berbentuk kotak sebagai tempat kotoran hewan ternak. Kemudian, kotoran yang terkumpul diolah menjadi pupuk organik bagi para petani.

“Pemerintah daerah melalui dinas pertanian hanya membantu probiotik untuk petani. Selebihnya petani berswadaya membiayai pembutan kotak. Namun ada juga kepala desa yang tergerak membantu petaninya berupa terpal plastik,” jelas Ngaliman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya