SOLOPOS.COM - Ahmad Sabiqul Umam dengan telaten mengajar mengaji anak-anak di TPQ Hidayatul Qur’an yang berada di Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGA – Meski memiliki keterbatasan fisik berupa kaki yang lemah hingga tidak bisa berjalan, tak menyurutkan semangat Ahmad Sabiqul Umam, warga Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng) untuk terus mengajar mengaji untuk anak-anak di kampungnya dan sekitar Salatiga.

Kisah inspiratif pria yang akrab disapa Sabiq ini setiap sorenya dengan semangat mengajar mengaji di Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) Hidayatul Qur’an yang berada di belakang rumahnya.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

Ia dengan telaten mengajari anak-anak untuk membaca Alquran.

Saat ditemui Solopos.com, Sabiq bercerita soal perjuangannya yang cukup berat untuk menjadi seorang guru.

Mengingat dirinya memiliki keterbatasan kaki yang tak bisa berfungsi sejak bayi, sehingga tidak bisa digunakan untuk berjalan.

Ia bisa berjalan dengan menggunakan tumpuan tangannya. Hal itu yang membuat dirinya pada 2000-an setelah lulus kuliah merasa minder untuk mengajar.

“Dulu sempat minder pas awal mengajar, karena takut tidak diterima oleh anak-anak dengan kondisi saya seperti ini. Tapi ternyata mereka bisa menerima, karena saya mengajar dengan cara menyesuaikan keinginan mereka. Sehingga anak-anak merasa enjoy lah dan saya juga lebih percaya diri,” ungkap Sabiq kepada Solopos.com, Senin (18/3/2024).

Rasa percaya diri untuk mengajar itu, kata Sabiq, merupakan hasil didikan dari orang tuanya. Sejak kecil ia memang diperlakukan secara normal oleh orang tuanya.

Seperti mencuci, makan, dan melakukan pekerjaan secara mendiri. Sehingga ia tumbuh dengan memiliki rasa percaya diri dan semangat berjuang.

Sabiq mengaku telah mengajar mengaji sejak tahun 2000-an, berawal dari mengajar di Musala dekat rumahnya.

Namun suatu ketika ia terserempet motor akhirnya membuat dirinya membuka TPQ di rumahnya.

Saat ini, setiap harinya ada 100-an anak yang belajar mengaji di rumahnya. Mereka berasal dari sekitar Salatiga.

“Ngaji mulai jam 15.30 sampai 17.00 WIB. Ada juga yang habis salat subuh. Yang diajarkan mulai baca tulis Alquranan. Kemudian hafalan Alquran dan fikih,” terang Sabiq.

Selama bulan Ramadan ini waktu mengaji ditambah lebih banyak. Dari semula hanya hari Senin sampai Kamis, menjadi Senin sampai Sabtu.

Sabiq berharap dengan mengajar mengaji ke anak-anak itu bisa menjadikan anak-anak soleh dan Ssolehah.

“Ya harapannya anak-anak ini menjadi anak-anak yang soleh dan solehah, serta memiliki pondasi pemahaman terhadap agama yang baik. Kita juga libatkan peran aktif orang tua juga untuk memantau dan mendidik anaknya,” tandas Sabiq.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya