SOLOPOS.COM - Triyanto Hendra saat membuat kerajinan dari sampah batok kelapa di Workshop Latar Kalitan, Sabtu (16/3/2024). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGASampah bagi mayoritas orang dipandang sudah tidak memiliki nilai ekonomis lagi, namun di tangan Komunitas Latar Kalitan Salatiga sampah-sampah bambu, ban motor, dan batok kelapa bisa disulap menjadi berbagai kerajinan yang memiliki nilai ekonomis.

Salah seorang anggota Komunitas Latar Kalitan Triyan Hendra, 28, mengaku saat ini komunitasnya sudah biasa mengolah limbah kayu, bunga pinus, bambu, ban motor, dan batok kelapa menjadi berbagai macam barang yang lalu dijual.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Diantaranya pipa rokok, tempat minuman atau gembes, aksesoris seperti gantungan kunci dan cincin, serta pot bunga.

“Untuk bambu itu kami dapatkan dari sisa pembuatan tusuk sate, batok kelapa dari rumah tangga, sementara bunga pinus dari area Gunung Merbabu, yang jatuh di tanah itu diolah,” ungkap Triyan, Sabtu (16/3/2024) di tempat workshop Latar Kalitan Dusun Grogol, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.

Triyan menyebut, proses pembuatan barang-barang tersebut tak terlalu sulit. Hanya membutuhkan ketelatenan.

Sebab, yang diolah merupakan barang tak terpakai, sehingga juga harus disterilisasi agar produk kerajinan bisa aman dan nyaman saat digunakan.

“Prosesnya, bahan dipotong sesuai ukuran yang diinginkan. Lalu dilem sebagai perekat, kemudian finishing. Prosesnya kalau untuk pipa sekira dua hari dan gembes lebih lama, karena harus dites untuk kebocoran, total empat sampai lima hari,” kata Triyan.

Saat ini produk pipa dijual mulai dari Rp30.000 hingga Rp100.000, pot Rp15.000 dan gembes Rp150.000. Sementara aksesoris mulai Rp10.000. Selain melalui online, barang produksi anggota Latar Kalitan tersebut dipasarkan melalui pameran komunitas-komunitas.

Triyan mengungkapkan, produk Latar Kalitan memiliki nilai tambah karena diproduksi secara manual. Walaupun proses pembuatan agak lama, namun produknya cukup diminati.

“Kalau pembeli ada yang dari Cirebon, Blora, Semarang, Semarang, dan lokal Salatiga,” beber dia.

Sementara itu, pengurus Latar Kalitan Teni Ardian mengatakan fokus komunitasnya adalah penyelamatan lingkungan dan kebudayaan.

“Kami secara berkala melakukan penanaman bibit pohon di lereng Gunung Merbabu, terutama di Desa Tajuk Kecamatan Getasan sebagai upaya rehabilitasi pasca kebakaran. Selain itu juga ada kebun bibit yang dikerjakan oleh teman-teman,” jelasnya.

Teni mengungkapkan Latar Kalitan terbentuk pada medio 2016. Sejak saat itu, komunitas ini seringkali berkolaborasi dengan komunitas lain dalam berkegiatan.

“Kami aktif di musikalisasi puisi, wayang gondes, dan kesenian lain. Itu biasa ditampilkan saat ada even lingkungan, termasuk acara Festival Sumur Wali yang diadakan setiap tahun,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya