Jateng
Senin, 18 Maret 2024 - 15:38 WIB

Kisah Inspiratif Sabiq, Penyandang Disabilitas Asal Salatiga Jadi Guru Ngaji

Hawin Alaina  /  Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ahmad Sabiqul Umam dengan telaten mengajar mengaji anak-anak di TPQ Hidayatul Qur’an yang berada di Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGA – Meski memiliki keterbatasan fisik berupa kaki yang lemah hingga tidak bisa berjalan, tak menyurutkan semangat Ahmad Sabiqul Umam, warga Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng) untuk terus mengajar mengaji untuk anak-anak di kampungnya dan sekitar Salatiga.

Kisah inspiratif pria yang akrab disapa Sabiq ini setiap sorenya dengan semangat mengajar mengaji di Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) Hidayatul Qur’an yang berada di belakang rumahnya.

Advertisement

Ia dengan telaten mengajari anak-anak untuk membaca Alquran.

Saat ditemui Solopos.com, Sabiq bercerita soal perjuangannya yang cukup berat untuk menjadi seorang guru.

Advertisement

Saat ditemui Solopos.com, Sabiq bercerita soal perjuangannya yang cukup berat untuk menjadi seorang guru.

Mengingat dirinya memiliki keterbatasan kaki yang tak bisa berfungsi sejak bayi, sehingga tidak bisa digunakan untuk berjalan.

Ia bisa berjalan dengan menggunakan tumpuan tangannya. Hal itu yang membuat dirinya pada 2000-an setelah lulus kuliah merasa minder untuk mengajar.

Advertisement

Rasa percaya diri untuk mengajar itu, kata Sabiq, merupakan hasil didikan dari orang tuanya. Sejak kecil ia memang diperlakukan secara normal oleh orang tuanya.

Seperti mencuci, makan, dan melakukan pekerjaan secara mendiri. Sehingga ia tumbuh dengan memiliki rasa percaya diri dan semangat berjuang.

Sabiq mengaku telah mengajar mengaji sejak tahun 2000-an, berawal dari mengajar di Musala dekat rumahnya.

Advertisement

Namun suatu ketika ia terserempet motor akhirnya membuat dirinya membuka TPQ di rumahnya.

Saat ini, setiap harinya ada 100-an anak yang belajar mengaji di rumahnya. Mereka berasal dari sekitar Salatiga.

“Ngaji mulai jam 15.30 sampai 17.00 WIB. Ada juga yang habis salat subuh. Yang diajarkan mulai baca tulis Alquranan. Kemudian hafalan Alquran dan fikih,” terang Sabiq.

Advertisement

Selama bulan Ramadan ini waktu mengaji ditambah lebih banyak. Dari semula hanya hari Senin sampai Kamis, menjadi Senin sampai Sabtu.

Sabiq berharap dengan mengajar mengaji ke anak-anak itu bisa menjadikan anak-anak soleh dan Ssolehah.

“Ya harapannya anak-anak ini menjadi anak-anak yang soleh dan solehah, serta memiliki pondasi pemahaman terhadap agama yang baik. Kita juga libatkan peran aktif orang tua juga untuk memantau dan mendidik anaknya,” tandas Sabiq.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif