Jateng
Sabtu, 16 Maret 2024 - 15:48 WIB

Komunitas di Salatiga Ini Sulap Sampah Jadi Barang Kerajinan Bernilai Ekonomis

Hawin Alaina  /  Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Triyanto Hendra saat membuat kerajinan dari sampah batok kelapa di Workshop Latar Kalitan, Sabtu (16/3/2024). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGA – Sampah bagi mayoritas orang dipandang sudah tidak memiliki nilai ekonomis lagi, namun di tangan Komunitas Latar Kalitan Salatiga sampah-sampah bambu, ban motor, dan batok kelapa bisa disulap menjadi berbagai kerajinan yang memiliki nilai ekonomis.

Salah seorang anggota Komunitas Latar Kalitan Triyan Hendra, 28, mengaku saat ini komunitasnya sudah biasa mengolah limbah kayu, bunga pinus, bambu, ban motor, dan batok kelapa menjadi berbagai macam barang yang lalu dijual.

Advertisement

Diantaranya pipa rokok, tempat minuman atau gembes, aksesoris seperti gantungan kunci dan cincin, serta pot bunga.

“Untuk bambu itu kami dapatkan dari sisa pembuatan tusuk sate, batok kelapa dari rumah tangga, sementara bunga pinus dari area Gunung Merbabu, yang jatuh di tanah itu diolah,” ungkap Triyan, Sabtu (16/3/2024) di tempat workshop Latar Kalitan Dusun Grogol, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.

Advertisement

“Untuk bambu itu kami dapatkan dari sisa pembuatan tusuk sate, batok kelapa dari rumah tangga, sementara bunga pinus dari area Gunung Merbabu, yang jatuh di tanah itu diolah,” ungkap Triyan, Sabtu (16/3/2024) di tempat workshop Latar Kalitan Dusun Grogol, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.

Triyan menyebut, proses pembuatan barang-barang tersebut tak terlalu sulit. Hanya membutuhkan ketelatenan.

Sebab, yang diolah merupakan barang tak terpakai, sehingga juga harus disterilisasi agar produk kerajinan bisa aman dan nyaman saat digunakan.

Advertisement

Saat ini produk pipa dijual mulai dari Rp30.000 hingga Rp100.000, pot Rp15.000 dan gembes Rp150.000. Sementara aksesoris mulai Rp10.000. Selain melalui online, barang produksi anggota Latar Kalitan tersebut dipasarkan melalui pameran komunitas-komunitas.

Triyan mengungkapkan, produk Latar Kalitan memiliki nilai tambah karena diproduksi secara manual. Walaupun proses pembuatan agak lama, namun produknya cukup diminati.

“Kalau pembeli ada yang dari Cirebon, Blora, Semarang, Semarang, dan lokal Salatiga,” beber dia.

Advertisement

Sementara itu, pengurus Latar Kalitan Teni Ardian mengatakan fokus komunitasnya adalah penyelamatan lingkungan dan kebudayaan.

“Kami secara berkala melakukan penanaman bibit pohon di lereng Gunung Merbabu, terutama di Desa Tajuk Kecamatan Getasan sebagai upaya rehabilitasi pasca kebakaran. Selain itu juga ada kebun bibit yang dikerjakan oleh teman-teman,” jelasnya.

Teni mengungkapkan Latar Kalitan terbentuk pada medio 2016. Sejak saat itu, komunitas ini seringkali berkolaborasi dengan komunitas lain dalam berkegiatan.

Advertisement

“Kami aktif di musikalisasi puisi, wayang gondes, dan kesenian lain. Itu biasa ditampilkan saat ada even lingkungan, termasuk acara Festival Sumur Wali yang diadakan setiap tahun,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif