Jateng
Rabu, 20 Desember 2023 - 20:13 WIB

Kunjungi Pasar Jatingaleh, Mbak Ita Dicurhati Kondisi Pasar Sepi karena Flyover

Ria Aldila Putri  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu saat meninjau harga bahan pokok di Pasar Jatingaleh, Rabu (20/12/2023). (Solopos.com-Ria Aldila Putri)

Solopos.com, SEMARANG — Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, melakukan peninjauan harga bahan pokok menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 di Pasar Jatingaleh, Rabu (20/12/2023). Dalam kunjungan itu, wali kota yang karib disapa Ita, juga mendengarkan keluh kesah pedagang.

Salah satu hal yang dikeluhkan pedagang tak lain adalah kondisi Pasar Jatingaleh yang dianggap mulai sepi. Menurut pedagang, sepinya pasar karena terbatasnya akses atau tidak adanya jembatan penyeberangan orang (JPO), yang melintasi flyover Jatingaleh.

Advertisement

Mendengar keluhan warga, Ita pun berjanji akan menyampaikan permasalahan itu ke Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN), terkait kemungkinan dibangun JPO di atas flyover Jatingaleh.

“Ini [flyover Jatingaleh] merupakan jalan nasional, jadi kami akan coba sampaikan ke BPJN apakah itu [pembangunan JPO] memungkinkan. Tapi, biasanya kalau flyover itu tidak ada jembatan penyeberangannya. Tetapi, kami cobaa koordinasikan karena keluhan dari pedagang sepi lantaran masyarakat yang di seberang pasar tidak bisa ke sini. Memang perlu treatment khusus agar Pasar Jatingaleh sama seperti pasar lainnya,” ujar Ita.

Dalam kesempatan itu, Ita juga turut memantau harga kebutuhan pokok. Ia menemukan harga cabai rawit setan masih tinggi, yakni Rp100.000 per kilogram. “Waktu Pak Mendag [Zulkifli Hasan] meninjau di Pasar Bulu, harga cabai sudah Rp45.000 per kg. Tapi di sino kok tadi pedagang bilang masih Rp100.000. Terus kami sampaikan secara persuasif, ternyata turun jadi Rp80.000,” imbuhnya.

Advertisement

Ia menduga perbedaan harga cabai di Pasar Bulu dan Pasar Jatingaleh bisa terjadi karena saat membeli dari petani, para pedagang di Pasar Jatingaleh masih mendapatkan harga yang tinggi. “Ini yang kita perlukan dan memang mungkin saja para penjual kulaknya [harga beli] masih tinggi, sehingga jualnya juga harus tinggi. Nah mungkin kalau di Pasar Bulu mungin sudah habis, kemudian kulakan sudah turun,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif