SOLOPOS.COM - Penampakkan rumah gedong di Jalan Kelengan Besar Kota Semarang yang usia bangunannya lebih tua dari lawang sewu. Selasa (11/6/24) (Solopos.com/Fitroh Nurikhsan)

Solopos.com, SEMARANG – Rumah gedong di ujung Jalan Kelengan Besar, Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah menyimpan sejarah panjang.

Bangunan lantai dua itu bahkan usianya lebih tua dari Lawang Sewu. Bagi warga yang sering melintas di Jalan Kelengan Besar pasti tak asing dengan rumah gedong tersebut.

Promosi Direksi BRI Kembali Lakukan Aksi Borong Saham BBRI hingga Miliaran Rupiah

Rumah yang sudah terlihat usang dan diperkirakan berusia ratusan tahun itu masih berdiri kokoh diarea pemukiman padat penduduk.

Lantas siapa pemilik rumah gedong itu? Berdasarkan penuturan Pemerhati Sejarah Kota Semarang, Johanes Christiono, rumah gedong itu kali pertama dibangun oleh salah seorang pejabat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) bernama Tuan Klien.

Rumah itu dulu seperti istana kerajaan dan memiliki perkarangan seluas 4.500 meter persegi.

”Demi membangun istananya Tuan Klien sampai membeli rumah-rumah warga untuk dirobohkan. Rumah itu juga pernah diteliti dan ditemukan engsel pintu buatan tahun 1700-an. Kemungkinan rumah itu sudah ada sejak abad 18 sebelum lawang sewu berdiri,” ucap Johanes pada Solopos.com, Selasa (11/6/24).

Dijelaskan Johanes, dari gang masuk Jalan Kelengan Besar sampai perkarangan rumah bak seperti perkebunan bunga. Selain itu, rumah gedong tersebut memiliki ruangan rahasia di bawah tanah.

Singkat cerita, perusahaan Tuan Klien  mengalami kebangkrutan. Rumah gedong itu akhirnya terpaksa dijual ke saudagar asal Tiongkok bernama Be Biauw Tjwan.

Namun tak berselang lama rumah gedong kembali berpindah tangan dan dimiliki oleh Nyonya Tan Tyoeng Sing.

”Halaman rumah yang dihiasi perkebunan bunga lalu diubah dan dibangun rumah-rumah kecil untuk disewakan. Kemudian jadilah sebuah kampung yang diambil dari nama Tuan Klien lalu dipelesetkan oleh lidah orang Jawa jadi Kelengan,” imbuhnya.

Di sisi lain, warga setempat Nunung membeberkan rumah gedong itu masih berpenghuni. Tapi peruntukkannya sebagai kantor dan tempat penyimpanan bahan-bahan kimia.

”Sewaktu saya kecil rumah itu paling mewah. Pagar rumahnya dihiasi pohon sawo manila dan perkarangan rumahnya dilapisi pasir halus. Rumah ini juga bisa terlihat di Kampung Depok,” ujarnya.

Lebih lanjut, Nunung mengatakan rumah gedong itu dulunya sangat tinggi. Diduga mengalami penurunan muka tanah, lambat laun rumah gedong itu semakin pendek.

”Pemiliknya sekarang seorang dokter dari generasi ke delapan. Rumah gedong itu juga pernah dijadikan pabrik untuk memproduksi kecap,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya