Jateng
Minggu, 3 Desember 2023 - 15:01 WIB

Mapadi Jateng dan Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat Gelar Workshop di Semarang

Hawin Alaina  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana pelatihan manajemen pengelolaan pondok pesantren lansia di Hotel Candi Indonesia Semarang pada Minggu (3/12/2023). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN — Sebanyak 100 orang perwakilan pengasuh dan pengelola pesantren utusan dari pesantren yang ada di pulau Jawa mengikuti workshop tata kelola manajemen pondok pesantren lanjut usia (lansia) di Hotel Candi Indah Semarang, Sabtu-Minggu (2-3/12/2023).

Kegiatan tersebut diinisiasi Majelis Pesantren dan Ma’had Dakwah Indonesia (Mapadi) Jawa Tengah bekerja sama dengan Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat. Kegiatan tersebut bertujuan membekali pondok pesantren yang selama ini melayani santri usia remaja agar memiliki kemampuan tambahan memberikan pelayanan kepada santri dewasa dan santri lansia.

Advertisement

Dalam workshop tersebut dijelaskan terdapat tantangan tersendiri dalam memberikan pengasuhan dan pelayanan kepada santri lansia. Di antaranya, minimnya ketersediaan pengasuh sekaligus pendamping santri lansia, belum tersedianya rancangan kurikulum khusus untuk santri lansia, sarana prasarana yang minim, pendanaan yang belum mencukupi, hingga mitos bahwa memondokan orang lansia ke pesantren masih terkesan tidak mau mengurus orang tua.

Hal itu diungkapkan Ketua Mapadi Jateng, Ahmad Mifdlol Muthohar. Dia mengatakan kegiatan ini dilakukan sebagai upaya inovasi agar pondok pesantren memiliki perhatian yang baik dan mempunyai manajemen sistem yang unggul.

“Khususnya dalam upaya menjaga akidah para orang tua hingga kelak pulang dengan penuh bahagia melalui pesantren lansia,” terangnya kepada Solopos.com, Minggu (3/12/2023).

Advertisement

Dikatakan, berdasarkan data yang ada, saat ini di Indonesia terdapat 60 juta pralansia dan 36 juta lansia. Dari jumlah itu 12,6 juta di antaranya dalam status prasejahtera.

Selain menyandang status prasejahtera, para lansia juga mengalami gangguan mental psikologis disebabkan kurang siap menghadapi perubahan kehidupan pascapensiun atau menurunnya kesehatan fisik.

“Maka di sinilah kehadiran pesantren lansia diperlukan untuk menjaga para lansia agar tetap berpartisipasi aktif baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara dengan berbagai cara. Melalui pendekatan pembelajaran yang holistik, komprehensif, dan integratif,” jelas Muthohar.

Advertisement

Salah seorang peserta perwakilan dari DPP Hidayatullah Jakarta, Musliadi, mengaku dirinya sangat senang bisa menghadiri acara workshop kali ini. Dirinya merasa memiliki pengalaman baru terkait manajemen terhadap ponpes lansia.

“Hidayatullah ini memiliki 650 lebih panti dan pesantren. Setelah mengikuti workshop ini, saya akan mengonsultasikan kepada jajaran pengurus agar ke depannya konsep pesantren lansia ini menjadi salah satu fokus layanan di pesantren dan panti-panti di bawah binaan Hidayatullah,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif