SOLOPOS.COM - Nasiruddin, Kepala Dusun Kauman, Desa Gogodalem, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng) saat menunjukkan mushaf Alquran Blawong yang sudah berusia ratusan tahun, Kamis (21/3/2024). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN – Selain memiliki peninggalan masjid yang didirikan oleh cucu Sunan Kalijaga, warga Dusun Kauman, Desa Gogodalem, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng) juga memiliki peninggalan mushaf Alquran yang telah berusia ratusan tahun. Warga setempat menyebutnya Alquran Blawong.

Saat ini, mushaf Alquran itu masih tersimpan di Masjid At-Taqwa yang berjumlah empat buah mushaf.

Promosi Cerita Penjual Ayam Kampung di Pati Terbantu Kredit Cepat dari Agen BRILink

Uniknya mushaf Blawong adalah ditulis tangan, hal itu terlihat dari guratan-guratan kecil tak teratur yang menandakan mushaf tersebut memang ditulis tangan.

Kepala Dusun Kauman Nasiruddin menyebut, penulis dari mushaf Alquran Blawong itu adalah Simbah Jamaluddin. Tokoh yang juga pendiri Masjid At-Taqwa bersama Wali Nitinegoro dan Simbah Marto Ngasono.

“Penulisnya Mbah Jamaluddin, kalau tahun pembuatannya tidak diketahui, karena tidak ada tulisan tahun di mushafnya. Tapi dari cerita orang tua terdahulu usianya hampir sama dengan Masjid At-Taqwa ini atau jaman setelah kerajaan Demak,” ungkap Nasiruddin kepada Solopos.com, Kamis (21/3/2024).

Dijelaskan, menurut penelitian-penelitian yang sudah dilakukan kertas yang digunakan untuk menulis mushaf Alquran Blawong itu berasal dari Eropa.

Hal itu terlihat dari watermark kertas yang bisa dilihat jika diterawang menghadap cahaya, ada tulisan concordia researvap crescunt.

“Kami tau setelah diteliti itu ada logonya merek kertasnya ternyata. Kemungkinan jaman VOC kalau dari kertasnya,” kata Nasiruddin.

Melihat Mushaf Alquran Ratusan Tahun di Gogodalem Semarang
Nasiruddin, Kepala Dusun Kauman, Desa Gogodalem, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng) saat menunjukkan watermark kertas dari mushaf Alquran Blawong dengan diterawang, Kamis (21/3/2024). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Diakuinya, dulunya ada lima buah mushaf yang ditulis oleh Simbah Jamaluddin. Namun saat ini hanya tersisa empat mushaf.

Satu mushaf yang lain sudah dari dulu tidak diketahui keberadaannya. Kondisi mushaf yang ada sekarang, hanya satu mushaf yang kondisinya lengkap.

“Yang masih lengkap ini satu, yang lainnya sudah tidak lengkap karena hilang jilidnya lepas. Karena sudah termakan usia,” kata dia.

Meskipun sudah berusia tua, mushaf Alquran Blawong masih bisa terbaca. Namun ada beberapa bagian yang memerlukan keahlian khusus.

Sebab ada yang tidak berharokat. Selain itu juga tidak ada tanda baca yang menunjukkan urutan ayat-ayatnya.

Nasiruddin mengaku, dulunya mushaf Alquran Blawong hanya dikeluarkan dan dibaca satu tahun sekali, yakni setiap tanggal 20 Syaban.

Namun saat ini mushaf Alquran Blawong mulai dibaca secara rutin setiap selapan atau 35 hari sekali.

“Ini kan warisan leluhur, ya memang harus kita rawat dan kita baca. Sudah lima tahun terakhir ini Alquran Blawong rutin dibaca setiap Senin Wage, sehingga jadi agenda rutin masyarakat sini,” terangnya.

Selain mushaf Alquran Blawong yang berjumlah empat buah, di gudang Masjid At-Taqwa juga tersimpan piring-piring yang sudah berusia ratusan tahun.

Berdasarkan coraknya piring tersebut merupakan peninggalan jaman Belanda. Saat ini mushaf Alquran Blawong, piring, dan juga Masjid At-Taqwa sudah menjadi bangunan cagar budaya. Sehingga peninggalan-peninggalan bersejarah itu akan terus diupayakan agar terus lestari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya