SOLOPOS.COM - Menjelang hari raya atau perayaan Imlek yang jatuh pada 10 Februari 2024, etnis Tionghoa di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), disebukan dengan pembersihan Gedung Rasa Dharma di kompleks Pecinan, Senin (5/2/2024). (Solopos.com/Adhik Kurniawan).

Solopos.com, SEMARANG – Menjelang perayaan Imlek yang jatuh pada 10 Februari 2024, masyarakat keturunan Tionghoa di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), disibukkan dengan berbagai aktivitas. Salah satunya adalah aktivitas membersihkan Gedung Rasa Dharma di kawasan Pecinan, Kota Semarang, Senin (5/2/2024). Warga yang tergabung dalam Perkumpulan Boen Hiang Tong itu tampak khusyuk membersihkan tempat sembayang atau altar, patung dewa-dewa, hingga sinci atau papan arwah.

Saat Solopos.com berkunjung, terlihat ada puluhan sinci atau papan arwah yang berjajar di altar. Di antara sinci yang dibersihkan itu ada satu sinci bewarna hitam dengan bagian depan tertulis ‘KH Abdurrahman Wahid’, lengkap dengan ukiran aksara China. Sinci tersebut merupakan sinci Presiden keempat Republik Indonesia (RI) yang karib disapa Gus Dur.

Promosi Cerita Klaster Pisang Cavendish di Pasuruan, Ubah Lahan Tak Produktif Jadi Cuan

Lebih jauh, puluhan sinci tersebut dibersihkan dengan cara menghilangkan debu yang menempel menggunakan kain. Kemudian dibasuh dengan air mawar sebelum akhirnya dikeringkan kembali.

Kepala Sekretariat Rasa Dharma, W.S. Indriani Hadisumarto, mengatakan setiap peringatan Tahun Baru Imlek, Perkumpulan Boen Hiang Tong di Rasa Dharma selalu rutin membersihkan altar, sinci, dan patung dewa-dewa. Mengenai sinci Gus Dur di antara sinci lainya, ia menjelaskan bahwa sinci Presiden ke-4 itu telah dipasang sejak tahun 2014 sebagai bentuk penghormatan. Hal ini dikarenakan Gus Dur dianggap sebagai tokoh yang berjasa memperjuangkan hak-hak warga keturunan Tionghoa di Indonesia.

“Kalau di sini sinci ada puluhan, yang ditaruh di sini itu yang pernah menjadi Ketua (Rasa Dharma). Intinya yang layak diberi penghormatan seperti Gus Dur,” kata Indriani.

Sinci Gus Dur

Perempuan yang akrab disapa Ling Ling itu menambahkan, tidak ada perawatan khusus bagi sinci Gus Dur. Hanya saja, dilakukan pembersihan setiap satu tahun sekali atau ketika menjelang Imlek.

“Untik peringatannya [sinci Gus Dur] waktu Haul Gus Dur. Kemudian, yang enggal kalah pentingnya Ceng Beng Gus Dur kita adakan bulan Juni,” imbuhnya.

Mengenai jasa Gus Dur, Ling Ling meyampaikan jika Presiden ke-4 itu merupakan seorang pembela hak masyarakat sipil, termasuk etnis Tionghoa. Salah satunya adalah diakuinya agama Konghucu dan dicatat dalam kependudukan sipil.

“Gus Dur di mata masyarakat Tinghoa doa pahlawan, yang pertama dia mencabut PP [Peraturan Presiden] dari Orde Baru. Dari situ saja membuka budaya Tionghoa bisa eksis kembali. Zaman dulu enggak boleh apa-apa termasuk KTP [kartu tanda penduduk enggak boleh tertulis agama Konghucu, pernikahan di catatan sipil kan enggak bisa,” jelasnya.

Sementara untuk Imlek 2024 ini, Ling Ling menilai akan berjalan lebih nyaman dan damai meskipun bertepatan dengan masa Pemilu 2024. Mengingat angka Covid-19 sudah terkendali dan nyaris hilang, tak terkecuali di Kota Semarang.

Adapun pada perayaan Imlek ini juga ada tradisi basuh kaki yang hingga saat ini masih rutin dilakukan di kompleks Pecinan Semarang. Kemudian pada tanggal 10 Februari bakal ada sembahyang untuk para leluhur.

“Di momen Tahu Baru Imlek ini, kami berharap agar nilai-nilai yang diajarkan Gus Dur soal sikap toleransi dapat diteladani, sehingga akan tercipta perdamaian dalam kehidupan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya