SOLOPOS.COM - Jembatan Berok di Semarang. (cagarbudaya.semarangkota.go.id)

Solopos.com, SEMARANG –Beberapa bangunan dari peninggalan kolonial ini tidak hanya menyisakan secara fisiknya saja, melainkan memiliki nilai histori tersendiri. Di mana dari cerita tersebut mampu mengingatkan apa saja yang terjadi di masa lampau, dan bisa mempelajarinya di masa mendatang, seperti Jembatan Berok yang dulu kerap dijadikan simbol pembatas antara kalangan bangsawan atau orang kaya dengan pribumi atau warga miskin di Semarang.

Kota Semarang merupakan kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Oleh karenanya, kegiatan kesehariannya memerlukan penunjang akses dalam bermobilitas.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Keberadaan Kali Berok dahulu merupakan infrastruktur transportasi penting dari pesisir pantai utara menuju darat pada saat itu. Mulai dari ekspedisi Belanda hingga Cheng Ho konon pernah melewati Kali Berok.

Kali Semarang dahulu memiliki fungsi transportasi dengan membelah perekonomian dan pertahanan kota. Oleh karenanya guna mepermudah sarana transportasi tersebut dibangunlah Jembatan Berok.

Jembatan Berok di Semarang dibangun pada tahun 1705. Di saat yang bersamaan dibangun sebuah benteng berbentuk segi lima yang bernama Benteng Vijhoek. Saat itu, jembatan tersebut diberi nama De Zuider Port. Namun pada masa VOC jembatan itu berganti dengan nama Gouverments Brug. Hal ini dikarenakan jembatan itu menjadi penghubung menuju kantor Gubernur VOC di mana dia melakukan pekerjaan-pekerjaan kantor dan pekerjaan lainnya.

Dengan dibongkarnya Benteng Kota Lama atau Benteng Vijhoek pada tahun 1824, jembatan ini memiliki arti penting. Dilansir dari cagarbudaya.semarangkota.go.id, pada tahun 1910 jembatan ini diperbaiki dan diberi lampu penerangan. Jembatan ini kemudian diberi nama Berok karena orang-orang pribumi tidak bisa mengucapkan kata “brug” yang dalam Bahasa Belanda artinya jembatan.

Penghubung Keragaman Etnis

Namun, tanpa disadari sungai ini juga telah menghubungkan antara strata sosial budaya yang berbeda menjadi satu kawasan yang sangat menarik. Dimulai dari kawasan Kampung Melayu di sebelah utara dan sebelah barat Kali Berok. Hal ini juga menunjukkan bagaimana Jembatan Berok di Semarang ini perperan di aspek keagamaan juga.

Dari kawasan utara Kali Berok sampai Pasar Johar merupakan perkampungan masyarakat muslim. Terutama orang-orang melayu yang singgah dan bertempat tinggal di Tanah Jawa ini. Selain Masjid Menara, masyarakat muslim pribumi Jawa juga membangun Masjid Kauman yang letaknya berada di sebelah barat Kali Berok dan berdekatan dengan Pasar Johar.

Meskipun komunitas masyarakat melayu dan pribumi yang berada paling awal menempati area sekitar Kali Berok. Disusul juga etnis Tionghoa yang membentuk kawasan yang padat ekonomi. Di mana letaknya berada di selatan Pasar Johar hingga menerobos Kali Berok yang dikenal dengan Kawasan Pecinan Semarang.

Hingga saat ini di kawasan pecinan ini banyak terdapat toko-toko yang berjajar melingkari area Kota Lama Semarang seperti toko emas, kelontong, plastik, dan lain sebagainya. Di antara yang paling menonjol ialah Warung Semawis dengan menu khas oriental yang letaknya berada persis di sebelah Kali Berok dekat dengan Klenteng dan Replika Kapal Cheng Ho.

Gerbang Menuju Kawasan Elite

Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, karena menjadi pintu gerbang menuju kawasan elite, jembatan ini dulunya dijaga sangat ketat. Dari seberang jembatan, orang-orang pribumi hanya bisa melihat kawasan elite Kota Lama tanpa bisa masuk ke dalamnya. Dapat dikatakan, jembatan ini menjadi simbol pembatas antara si kaya dan si miskin.

Namun, memasuki tahun 1800-an, pemerintah kolonial membuat kebijakan baru, di mana masyarakat pribumi yang berada di sekitar Kota Lama bisa berinteraksi dengan masyarakat Eropa. Sehingga jembatan ini bisa dilalui siapa saja.

Selain itu, jembatan ini juga punya keunikan di mana saat ada kapal yang melintasi Kali Semarang, jembatan ini bisa terbelah dan terangkat. Dulunya, Kali Semarang menjadi akses masuk utama untuk masuk ke Kota Semarang dan menjadi saksi bisu perkembangan ekonomi nusantara.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya