SOLOPOS.COM - Suasana Pasar Raya II Salatiga yang saat ini sepi pembeli, Rabu (20/9/2023). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGA — Sejumlah pedagang di Pasar Raya II Salatiga mengaku semakin resah dengan sepinya pembeli dari waktu ke waktu. Sepinya pembeli di pasar terbesar di Salatiga itu, salah satunya diakibatkan maraknya penjualan di pasar online.

Hal itu diungkapkan salah seorang pedagang pakaian di Pasar Raya Salatiga, Wulan. Dia mengaku saat ini tidak bisa dipastikan ramai tidaknya pengunjung. Hal itu telah terjadi sejak pascapandemi Covid-19.

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

“Terjadi setelah pandemi, pengunjung mulai sepi. Kalau dulu, bisa dipastikan selalu ramai saat Sabtu, Minggu, dan Senin. Sekarang cuma hari-hari tertentu ramainya,” ungkap Wulan kepada Solopos.com, Rabu (20/9/2023).

Saat ini, pembeli hanya ramai saat musim orang mantenan atau perkawinan. Jika dibandingkan dengan sebelum pandemi, penurunan penjualan mencapai 50%.

“Itu karena jualan online yang semakin banyak dengan harga yang sangat murah. Sepekan itu bisa terjual dua atau tiga saja sekarang,” beber Wulan.

Meski mengalami penurunan penjualan, lanjut Wulan, dirinya tetap berjualan secara offline. Wulan tidak beralih ke online karena saat pindah ke penjualan online juga butuh penyesuaian yang tidak sebentar.

“Sampai saat ini masih offline jualannya. Belum beralih ke online. Untuk bertahan sekarang masih mengandalkan langganan yang sering beli,” terang Wulan.

Hal senada juga dialami pedagang pakaian, Erzal yang juga mengaku pasar saat ini sepi pembeli. Namun setiap harinya, dirinya tetap berjualan seperti biasa karena jualan pakaian sudah menjadi mata pencahariannya sejak tahun 1998.

“Setiap hari, ya kita tetap berjualan seperti biasa. Ada atau tidak ada pembeli, tetap berjualan karena memang sudah menjadi mata pencaharian,” terang pria asal Bukittinggi ini.

Diakuinya, dirinya masih bisa bertahan karena kios miliknya terletak di tempat yang strategis. Sehingga setiap harinya tetap masih ada pembeli.

Namun beda halnya dengan teman-temannya memiliki kios di bagian belakang. Beberapa dari mereka terpaksa harus tutup.

“Ada teman yang dibelakang itu tutup karena tidak masuk untuk biaya sewa dan lain-lainnya,” beber Erzal.

Untuk bertahan, selain memanfaatkan letak kiosnya yang cukup strategis, kata Erzal, melalui anaknya saat ini tokonya juga dijual secara online. Namun hasilnya belum signifikan.

“Anak yang jualan secara online. Tapi ya enggak banyak pembeli. Karena kita kan bukan siapa-siapa, paling ya kenalan atau tetangga yang beli gitu,” tandas Erzal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya