Jateng
Sabtu, 15 Juni 2024 - 17:01 WIB

Unik! Kampung-kampung di Semarang Ini Dulunya Bekas Kuburan

Fitroh Nurikhsan  /  Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Potret Gang Genuk Krajan berhiaskan ornamen bongpay. Jumat (14/6/2024/) sore (Solopos.com/Fitroh Nurikhsan)

Solopos.com, SEMARANG — Bagi masyarakat yang sering melintas di Jalan Genuk Krajan, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari, Kota Semarang pasti tidak asing dengan sebuah gang berhiaskan ornamen bongpay (batu nisan China) dan patung singa.

Gang dengan ornamen unik itu letaknya di RT 04 RW 03. Lantas yang jadi pertanyaan ornamen yang identik dengan permakaman etnis Tionghoa itu hanya sekadar hiasan semata atau daerah itu menyimpan sejarah soal eksistensi orang-orang Tionghoa di Kota Semarang?

Advertisement

Ketua RW setempat, Sumarno, tidak tau secara detail mengenai sejarah peradaban Genuk Krajan. Tapi berdasarkan cerita-cerita dari orang terdahulu tempat yang dia tinggali merupakan bekas permakaman Tionghoa.

Saat kali pertama menjejakkan kaki di Genuk Krajan pada 1991. Daerah itu sudah berupa permukiman. Tapi periode 1990-an masih banyak orang menemukan bongpay yang mengindikasikan kalau daerah itu dulunya bekas permakaman.

Advertisement

Saat kali pertama menjejakkan kaki di Genuk Krajan pada 1991. Daerah itu sudah berupa permukiman. Tapi periode 1990-an masih banyak orang menemukan bongpay yang mengindikasikan kalau daerah itu dulunya bekas permakaman.

“Yang saya dengar dulu ada orang yang sedang gali-gali nemu batu (bongpay). Terus dijadikan hiasan gang. Kemudian (gang) itu terkenal dengan sebutan patung singa,” ucapnya kepada Solopos.com, Jumat (14/6/2024).

Disisi lain, salah satu Pemerhati Sejarah Kota Semarang, Johanes Christiono, membenarkan daerah Bangkong, Wonodri, Tegalsari, dan sekitarnya adalah bekas pemakamam umum terutama Tionghoa.

Advertisement

Karena jumlah penduduk yang mendiami Kota Semarang meningkat. Pemerintah setempat pun melakukan penataan salah satunya dengan memindahkan makam lalu dijadikan permukiman.

“Iya, untuk penataan sekitar 1970an, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang memberitahu ahli waris agar memindahkan makam ke Kedungmundu atau daerah-daerah lain di Semarang Timur,” katanya.

Sayangnya, anjuran untuk memindahkan makam diindahkan oleh sebagian ahli waris. Sehingga di daerah tersebut ada sebuah makam tak terurus dan sisa-sisa bongpay dijadikan hiasan gang.

Advertisement

“Luas banget (makam Tionghoa) sampai Veteran dan daerah Candi. Sisa-sisanya masih bisa dilihat di daerah Bangkong, Sriwijaya dan Genuk Krajan,” jelasnya.

Menurut Johanes, di masa lampau Kota Semarang sudah sangat sering melakukan penataan wilayah dengan memindahkan area permakamam umum. Pasar Kobong Rejomulyo juga dulu bekas permakaman umum Belanda.

Selain itu, kawasan Pecinan, Pekojan, dan Jalan Petolongan medio 1400-1500 area permakaman umum. Pemerintah Belanda kemudian mengubah jadi permukiman dan makam-makam disana dipindahkan ke Bangkong.

Advertisement

“Samping Gereja Blenduk (sekarang jadi taman) dulunya juga bekas permakaman Belanda,” tukasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif