SOLOPOS.COM - Wali Kota Semarang, Hevearita G. Rahayu, saat meninjau rumah keluarga korban KDRT di Semarang, Senin (28/8/2023). (Solopos.com-Humas Pemkot Semarang)

Solopos.com, SEMARANG — Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, memberikan perhatian khusus terhadap kasus KDRT yang menyebabkan satu orang meninggal dunia, yakni AA, 22, yang dibunuh suami pembuat keris, Yuda Bagus, 34, warga Tembalang, Semarang.

Ita, sapaan Wali Kota Semarang, berjanji Pemkot Semarang akan membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga korban dan mendampingi dua anak pelaku dan korban. Ita juga meminta pelaku atau suami korban dihukum setimpal. Ia juga memastikan akan turut mendampingi anak-anak korban di RDRM (Rumah Duta Revolusi Mental) untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dari psikolog.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

“Ada beberapa luka akibat penganiayaan di tubuh korban. Langkah pertama si suami harus diproses hukum karena sudah menghilangkan nyawa istrinya. Anak-anaknya juga akan didampingi tim psikolog dari RDRM karena si anak menyaksikan kejadian tersebut,” ujar Ita saat mengunjungi keluarga korban, Senin (28/8/2023).

Ia juga berkoordinasi dengan Camat Tembalang dan Lurah Sendangguwo untuk membantu menangani kebutuhan ekonomi dari keluarga korban. Apalagi, dua anak korban masih bersekolah.

“Karena memang kondisi ekonomi, kami juga sudah meminta kepada pak Camat, kepada bu Lurah untuk segera menangani kebutuhan-kebutuhan baik anaknya, karena ada yang sudah sekolah, maupun juga dari keluarganya karena saya juga dapat informasi, ibunya korban sendiri karena korban anak tunggal. Ini yang kita perlukan bagaimana penanganannya,” jelasnya.

Berani Lapor

Berkaca dari kasus ini, Wali Kota Semarang meminta para istri yang menjadi korban KDRT untuk berani melapor ke polisi. Ia juga menegaskan akan terus memberikan pendampingan kepada para perempuan korban KDRT.

“Kami juga minta kepada para perempuan, agar bisa menyuarakan kalau terjadi KDRT laporkan. Kita ada di belakang ibu-ibu semua, para perempuan, agar tidak terjadi seperti ini lagi. Kalau terjadi kan kasihan anak-anak yang ditinggalkan,” tegasnya.

Sementara itu, ayah pelaku Suwito, 63, atau kakek dari anak korban dan pelaku mengaku korban dan pelaku memiliki dua anak yang masih kecil. “Anaknya dua, satu kelas 1 SD dan satunya masih TK. Laki-laki sama perempuan,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, AA, 22, meninggal setelah menjadi korban KDRT suaminya, Yuda Bagus, yang berprofesi sebagai pembuat sarung keris di Semarang. AA meninggal dengan tubuh penuh luka dan goresan.

Peristiwa tragis itu terjadi di rumah korban dan pelaku di Jalan Sendangguwo Selatan RT 015 RW 002, Kelurahan Sendangguwo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, sekitar pukul 04.00 WIB.

Yuda sebelumnya sempat dibawa ke Polsek Tembalang pada Minggu (27/8/2023) malam, karena berteriak-teriak sambil membawa senjata tajam di depan rumahnya. Pelaku sempat dibawa ke Polsek Tembalang, lalu dilepaskan untuk membuat surat pernyataan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya