SOLOPOS.COM - Kelompok pemuda Dusun Jlamprang, Desa Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang saat mengumpulkan sampah rumah tangga di daerah setempat beberapa waktu lalu. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN — Sekelompok pemuda di Dusun Jlamprang, Desa Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah menginisiasi terbentuknya bank sampah. Upaya peduli lingkingan itu berawal dari keresahan setelah melihat banyaknya masyarakat yang membuang sampah di sungai.

Ketua pemuda Dusun Jlamprang, Surahman, mengaku ide membentuk bank sampah tercetus sekitar tahun 2021. Para pemuda melihat banyaknya masyarakat yang belum sadar membuang sampah pada tempatnya.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

“Kemudian para pemuda berkumpul untuk inisiasi membentuk kelompok yang akan mengangkut sampah dari rumah warga,” ungkap pria yang akrab disapa Maman itu kepada Solopos.com, Selasa (26/9/2023).

Setelah pertemuan itu, dibentuklah enam kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 8-10 orang. Secara bergantian kelompok tersebut mengambil sampah dari rumah ke rumah setiap Minggu pagi.

“Dulu waktu pertama kali, pemuda menyiasati dengan memberikan karung bekas di setiap rumah. Bagi warga yang mau ikut bergabung, kemudian kami ambil dari rumah itu,” beber Maman.

Pada saat itu banyak cemoohan dan pro-kontra yang pemuda terima. Selain itu, juga masih sedikit masyarakat yang sadar dan mau bergabung untuk membuang sampah pada tempatnya.

Namun para pemuda tetap bersemangat untuk terus melakukan penanganan sampah di dusunnya. Melalui pendekatan dan penjelasan, satu demi satu warga yang menolak dapat dirangkul.

“Tetapi niat dan semangat kami untuk kebaikan tidak gentar. Sehingga program ini bisa berjalan,” kata Maman.

Setelah beberapa waktu berjalan, akhirnya masyarakat mulai sadar dan mau mengikuti program yang digagas para pemuda. Setiap rumah juga ditarik iuran bulanan untuk sampah Rp10.000.

“Awalnya kami menyewa mobil untuk membuang sampah di TPS di Desa Gemawang. Kemudian dari pembayaran retribusi di TPS masih ada sisa. Akhirnya kami bisa membeli mobil,” terang Maman.

Untuk membeli mobil itu, kata Maman, awalnya pemuda meminjam uang dari bank. Kemudian sisa dari iuran warga tersebut digunakan untuk mengangsur mobil tersebut.

Saat ini, cicilan mobil itu sudah lunas. Operasional penggunaan mobil saat ini juga sudah terpenuhi dari iuran warga.

“Sekarang mobil sudah milik sendiri dan operasional sudah bisa ditutup dengan iuran dari masyarakat,” ungkap Maman.

Saat ini, sudah ada 100 rumah yang ikut dalam program bank sampah tersebut. Dalam satu bulan, para pemuda bisa mengumpulkan Rp1 juta. Uang itu digunakan untuk operasional sekitar Rp300.000. Sisanya, dimasukkan dalam kas pemuda.

Diharapkan, program tersebut bisa ditiru oleh pemuda di desa-desa lain. Sebab, jika program itu bisa berjalan, juga bisa menjadi peluang untuk penghasilan bagi pemuda.

Selain itu, ia berharap adanya TPS 3R yang ada di Desa Gemawang bisa diaktifkan. Sehingga nantinya bisa dipilah untuk sampah organik dan anorganik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya