SOLOPOS.COM - Ilustrasi kampanye stop bullying. (Freepik)

Solopos.com, SALATIGA – Ayah korban dugaan bullying di SMA Negeri di Kota Salatiga, GS, mengaku anaknya merasa terintimidasi saat guru dan kepala sekolah datang ke rumahnya. Saat ditanyai oleh pihak sekolah, korban menjawab dengan terpaksa dan tertekan.

GS membenarkan jika pihak sekolah memang sudah melakukan kunjungan ke rumah korban pada Kamis (4/1/2024). Namun menurutnya anaknya masih trauma, sehingga hanya bisa mengiyakan saat ditanya oleh kepala sekolah.

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

“Namanya anak masih trauma ditanya-tanya masalah peristiwanya, hanya bisa mengangguk dan nangis. Karena dia ketakutan ada kepala sekolah, guru BP, dan wali kelas yang menanyakan,” ungkap GS.

Setelah guru pulang, sang anak mulai bercerita. Korban mengaku tertekan saat ditanyai oleh kepala sekolah. Hal itulah yang membuat anak GS hanya bisa memberikan jawaban yang sesuai dengan keinginan guru.

“Anak masih ketakutan itu, karena anak saya kan korban, (pihak sekolah) datang ke sini anak saya dirangkul kepala sekolah sambil dicengkeram gitu, ya otomatis anaknya takut hanya bisa bilang iya-iya saja. Ini saya juga ada videonya setelah gurunya pergi. Anak cerita kalau dirangkul sambil dicengkeram,” terang GS sambil menunjukkan video pengakuan anaknya setelah guru pergi kepada Solopos.com, Minggu (7/1/2024).

GS enggan berkomentar terkait laporan dari kepala sekolah ke Cabang Dinas (Cabdin) Pendidikan Wilayah V Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud). Menurutnya jika memang mau menyelesaikan masalah, anak sebagai korban harus diperlakukan dengan baik.

“Kalau soal itu (laporan kepala sekolah ke Cabdin) saya enggak mau berkomentar, yang jelas saya ada videonya pengakuan anak saat ditanyai oleh gurunya merasa tertekan,” beber GS.

Dia juga menyesalkan tindakan sekolah dan dinas terkait yang dinilai terlalu terburu-buru menyimpulkan tidak ada kasus bullying.

Menurutnya kasus bullying memang sulit untuk dibuktikan. Tapi bukan berarti tidak ada, sebelum dilakukan investigasi.

“Kok bisa cepat mengambil kesimpulan tidak ada bullying, katanya mau melakukan investigasi terlebih dahulu? Ini bilang tidak ada bullying? Seharusnya ya setelah investigasi keluar baru ngomong,” kata GS.

Saat ini keluarga sedang fokus menjaga korban. Keluarga khawatir jika anak melakukan tindakan yang berbahaya. Sebab masih mengalami trauma pasca-kejadian perundungan itu.

“Kalau memang mau investigasi ya investigasi dengan cara-cara yang baik. Anak sebagai korban ketika ditanya diperlakukan dengan baik juga. Tidak ada intervensi,” tandas GS.

Sebelumnya diberitakan, kasus dugaan bullying atau perundungan terhadap seorang siswi SMA negeri di Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng), masih menjadi teka-teki. Hal itu dikarenakan adanya laporan berbeda yang didapat Cabang Dinas (Cabdin) Pendidikan Wilayah V Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng terkait kasus tersebut.

Berdasarkan laporan tertulis yang diperoleh Solopos.com dari Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah V Disdikbud Jateng, Agung Wijayanto, Sabtu (6/1/2024), dilaporkan jika kepala sekolah telah melakukan kunjungan ke rumah siswi yang diduga mengalami bullying pada Kamis (4/1/2024). Dalam kunjungan itu, kepala sekolah juga bertemu dengan orang tua siswi tersebut.

Dari kunjungan itu, kepala sekolah pun menyatakan tidak ada tindakan bullying yang diterima siswi SMA negeri di Salatiga itu oleh teman-teman sekolahnya, baik berupa penarikan rok, pelepasan jilbab, hingga pemalakan uang Rp50.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya