SOLOPOS.COM - Ilustrasi ajakan menghentikan bullying atau perundungan. (Freepik.com)

Solopos.com, SALATIGA — Peristiwa memalukan diduga terjadi di Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng), yang selama ini dikenal sebagai kota toleran di Tanah Air. Peristiwa memalukan itu berupa tindak perundungan atau bullying yang dialami seorang siswi oleh teman sekolahnya di sebuah sekolah menengah atas (SMA) negeri di Salatiga. Akibat mengalami bullying itu, siswa SMA negeri di Salatiga itu pun nyaris mengakhiri hidupnya.

Aksi bullying itu pun diungkapkan korban kepada sang ayah berinisial GS. Awalnya, GS sempat mendapat pesan Whatsapps (WA) dari putrinya yang mengaku sudah tidak tahan menjadi korban bullying dan hendak mengakhiri hidupnya. GS mengaku anaknya yang masih duduk di bangku kelas 10 itu dan hingga kini masih trauma hingga sulit diajak berkomunikasi.

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

“Yang anak sampaikan kepada saya itu, [aksi bullying] berupa pemalakan, rem sepeda motor itu dilepas. Dia mengalami ketakutan sampai pulang itu sepeda motor dituntun. Terus ada juga jilbab dilepas,” terang GS saat ditemui Solopos.com, Jumat (5/1/2024).

Diakuinya, anaknya baru bercerita menjadi korban perundungan pada Kamis (5/1/2024). Awalnya anaknya mengirim pesan melalui aplikasi WA kalau sudah tidak kuat dan hendak bunuh diri.

“Tapi saya tidak begitu merespons, saya kira cuma bercanda. Tapi kemarin sempat teriak-teriak. Saya tidak kuat, baru saat itu saya merespons,” ungkap GS.

GS mengaku saat ini anaknya masih ketakutan dan meminta pindah sekolah ke luar Salatiga. Ia pun menduga perundungan atau bullying yang dialami anaknya itu kemungkinan dilakukan siswa laki-laki maupun perempuan.

“Untuk kasus ini akan kami pertimbangkan [lapor kepolisian]. Nanti kami didampingi LPAI [Lembaga Perlindungan Anak Indonesia] supaya kedepan tidak terulang. Harapan saya, pembinaan tidak hanya ke siswa, tapi juga guru dan pendidik,” ujar GS>

Sementara itu, Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Jawa Tengah, Dhinar Sasongko, mengaku prihatin dengan adanya kasus perundungan ini. Pihaknya telah membantu korban dengan menyediakan pendampingan dari psikolog.

“Kita telah menyiapkan tenaga psikolog untuk mendampingi korban. Karena tadi saya lihat ketika kita datang masih takut dan masih menangis,” kata pria yang juga berprofesi sebagai wartawan itu.

Terkait dengan penyelesaian kasus dengan langkah hukum, kata Dhinar, pihaknya menyerahkan kasus tersebut kepada orang tuanya. Dia berharap kasus perundungan tidak terulang lagi.

“Seandainya nanti keluarga memutuskan untuk melakukan langkah-langkah hukum tentunya adalah pertimbangan yang terbaik bagi mereka. Tapi yang dipikirkan saat ini adalah masa depan anak. Baik korban maupun pelakunya,” terang Dhinar.

Dikatakan, pihak sekolah juga sudah bertemu dengan orang tua korban dan akan membentuk tim investigasi untuk menangani kasus ini. “Kita juga koordinasi dengan Unit PPA Polres Salatiga untuk datang ke rumah korban untuk melakukan investigasi,” tandasnya.

Catatan Redaksi:

Berita ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapapun melakukan hal serupa. Bila Anda atau teman Anda menunjukkan adanya gejala depresi yang mengarah ke bunuh diri, silakan menghubungi psikolog atau layanan kejiwaan terdekat. Anda juga bisa menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes di 1500-567.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya