SOLOPOS.COM - Petani di Dusun Sokowolu, Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah saat menunjukkan tembakau rajangan yang sudah kering dan siap untuk dijual Jumat (22/9/2023). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARANMusim kemarau yang cukup panjang tahun ini ternyata dinilai sangat menguntungkan bagi sebagian petani. Salah satunya adalah petani tembakau di Dusun Sokowolu, Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Tanaman yang diperkirakan pertama kali ditemukan di Amerika ini tumbuh dengan optimal justru di musim kemarau kering. Sehingga kualitasnya menjadi lebih bagus dan diikuti harga yang lebih tinggi.

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

Dusun Sokowolu sendiri menjadi salah satu daerah di Kecamatan Getasan yang menghasilkan jenis tembakau untuk keperluan pabrik rokok di Indonesia. Tahun ini, para petani tembakau dusun tersebut mendapat keuntungan dari tanaman yang juga dijuluki Si Emas Hijau.

Salah seorang petani tembakau, Sawal, mengaku produksi tembakau tahun ini cukup bagus. Hal itu karena musim kemarau cukup panjang yang sesuai dengan karakteristik tanaman tembakau.

“Kalau tembakau itu memang butuh air banyak pada saat tanam. Kalau sudah hidup, tembakau tidak membutuhkan air banyak. Kalau kebanyakan air bisa langsung layu dan kemudian mati. Tahun ini cuacanya sangat mendukung untuk tembakau,” ungkap Sawal kepada Solopos.com, Jumat (22/9/2023).

Mayoritas petani di Dusun Sokowolu, kata Sawal, menanam tembakau jenis kenongo ijo. Jenis itu memiliki ciri daunnya lebar, kualitas paling baik jika untuk rokok pabrikan itu, dan aroma serta rasanya diklaim paling mantap.

Selain jenis itu yang menjadi unggulan, ada juga jenis lain yang di tanam warga setempat, seperti tembakau gombel andong, gombek cetok, dan kenongo pakis.

Diakuinya untuk tahun ini harga tembakau bisa dibilang sedang bagus. Terlebih jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Hal itu juga imbas dari cuaca yang bagus dan kualitas tanaman yang baik.

Disebutkan untuk tembakau rajangan jenis kenongo ijo saat ini harga di petani mencapai Rp75.000 per kilogram. Sementara untuk jenis lainnya, di bawah harga jenis kenongo ijo.

“Jenis kenongo ijo, sekarang harganya bisa mencapai Rp75.000 per kilogramnya. Tapi saya juga menjual jenis lainnya yang sekarang ini ada di harga kisaran Rp60.000-Rp70.000 per kilogram. Itu kualitasnya di bawah kenongo ijo,” beber Sawal.

Berbeda dengan jenis tanaman lain, tembakau jika sedang musim panen bisa diambil daunnya setiap sepekan sekali. Diambil dari bawah yang sudah menguning atau tua terlebih dahulu. Dengan demikian musim panen tanaman tembakau bisa selama dua bulan.

Setiap sekali petik dan diolah menjadi rajangan, kata Sawal, petani skala kecil bisa mendapatkan omzet sekitar Rp5 juta. Jika memiliki lahan yang luas, omzetnya bisa lebih dari itu.

“Kalau sekarang harga sedang bagus kayak gini ya Rp5 juta sekali jual, bentuk rajangan itu bisa didapat. Kalau lahannya luas ya bisa lebih dari itu,” ungkapnya.

Terkait penjualan, kata Sawal, saat ini para petani di Dusun Sokowolu tidak perlu repot. Sebab, mayoritas petani sudah menjalani kemitraan dengan pabrik rokok Djarum. Sehingga ketika musim panen seperti ini sudah ada pembelinya langsung.

“Jadi tembakau-tembakau kami ini diambil oleh perusahaan tersebut untuk diolah menjadi produk rokok dari perusahaan itu. Jadi ketika panen, sudah proses rajangan begini, tembakau kami dibawa ke Magelang,” terang Sawal.

Diakuinya, pabrik tersebut secara rutin membeli tembakau rajangan dari petani Dusun Sokowolu karena kualitas dan jenisnya memang sesuai dengan standar dari pabrik tersebut. khususnya jenis kenongo ijo yang memiliki kualitas paling baik dan proses pengeringannya jauh lebih cepat.

“Mitra kami mengambil tembakau di kami banyak jenis, disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Tapi memang yang paling sering jenis kenongo ijo,” tandas Sawal.

Sementara itu, petani lain yang tidak bermitra dengan pabrik juga tidak kesulitan untuk mendapatkan pembeli. Hal itu seperti yang dialami Juwari. Dirinya memilih pasar pencinta rokok lintingan dewe (tingwe) yang saat ini cukup diminati.

Diakuinya dirinya menjual hasil tembakau rajangan miliknya di Temanggung. Sebab, di Kecamatan Getasan belum ada pengepul tembakau untuk kebutuhan tingwe.

Khusus untuk kebutuhan tingwe, kata Juwari, petani banyak melakukan inovasi dengan menanam beragam jenis tembakau untuk mendapatkan harga jual yang tinggi.

“Kami di sini sebagai petani nonmitra akhirnya berlomba-lomba menanam berbagai jenis tembakau yang enak untuk nantinya memenuhi pasar tingwe. Selain itu, proses rajang dan pengeringannya pun sudah pasti kami berinovasi. Misalnya sekarang yang daun lonjoran akan dibuat cerutu. Sedangkan rajangan kecil bisa untuk tingwe. Kalau rajangan sedang untuk pasar mitra biasanya,” tandas Juwari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya