SOLOPOS.COM - Perahu nelayan tradisional Tambaklorok Semarang terparkir di dermaga karena gelombang tinggi pada Selasa (23/1/2024). (Solopos.com/Ria Aldila Putri)

Solopos.com,SEMARANG – Ratusan nelayan di Tambaklorok, Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) tak melaut imbas gelombang tinggi yang terjadi di lautan. Mereka memilih tinggal di rumah ketimbang melaut tanpa hasil.

Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Semarang, Slamet Ari Nugroho mengatakan, pada Januari ini terjadi gelombang yang cukup tinggi di lautan. Namun, gelombang kali ini tidak setinggi tahun kemarin.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

“Gelombang tinggi enggak separah tahun kemarin. Kalau tahun kemarin ‘kan dari Desember sampai Februari. Kalau pada Januari, baru-baru ini terjadi. Desember kemarin enggak begitu tinggi. Ini baru sepekan,” katanya, Rabu (24/1/2024).

Ia menyebut, akibat gelombang tinggi dan cuaca ekstrem ini tercatat ada 500 nelayan tradisional yang urung mencari penghidupan di lautan. Mereka enggan berhadapan dengan resiko saat melaut.

“Jadi karena gelombang tinggi ini sekitar 500 nelayan yang tidak melaut. Kalau melaut pun juga percuma yang didapat tidak ikan tapi sampah. Eman-eman solarnya. Anggota kami juga memilih libur. Yang melaut nelayan yang punya bagan atau yang cari kerang hijau. Jadi mereka enggak cari ikan tapi kerang hijau,” ucapnya.

Pihaknya sebenarnya sudah meminta pemerintah membangun tanggul pemecah gelombang. Namun, hingga saat ini belum terealisakan padahal tanggul pemecah gelombang sangat bermanfaat bagi masyarakat.

“Kami kan minta tanggul pemecah gelombang. Baru dijanjikan tapi belum tahu direalisasikan atau enggak. Karena kalau nggak ada ya ada benturan antar kapal di dermaga,” sambungnya.

Ari pun meminta kepada nelayan Tambalorok untuk tidak nekat melaut dengan kondisi semacam ini. Apalagi, gelombang tinggi masih lama terjadi dan tidak bisa diprediksi.

“Kami mengimbau kepada teman-teman untuk menahan diri apabila ada cuaca yang tidak bagus. Karena kalau dipaksa hasilnya malah rugi dan menghabiskan solar. Menahan diri di rumah dengan benerin jaring atau cek-cek mesin untuk meminimalisir pengeluaran,” imbaunya.

Sementara itu, salah seorang nelayan Mas’uud, 47, mengaku gelombang tinggi ini membuatnya tak berani melaut. Ia juga terpaksa harus mengungsikan perahunya agar tidak rusak karena gelombang ini.

“Biasanya jam 05.00 WIB gelombangnya. Makanya saya ungsikan saja. Tapi saya tetap melaut, yang dekat-dekat saja. Biar tetap ada penghasilan meskipun minim. Teman-teman saya banyak memilih libur soalnya,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya