SOLOPOS.COM - Ilustrasi kampanye stop bullying. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG – Kasus dugaan bullying atau perundungan terhadap seorang siswi SMA negeri di Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng), berbuntut panjang. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng bakal turut memeriksa kepala sekolah tempat siswi itu menuntut ilmu atas tuduhan intimidasi.

Hal itu disampaikan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah V Disdikbud Jateng, Agung Wijayanto, yang membenarkan adanya laporan intimidasi yang dilakukan kepala sekolah kepada korban. Meski demikian, laporan itu masih sebatas dugaan dan perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut.

Promosi Keren! BRI Jadi Satu-Satunya Merek Indonesia di Daftar Brand Finance Global 500

“Iya, ini juga kita telusuri. Jadi investigasi berjalan di korban dan kepala sekolah,” kata Agung kepada Solopos.com, Senin (8/1/2024).

Agung mengatakan dugaan intimidasi atau intervensi muncul setelah adanya perbedaan antara laporan orang tua korban dan pernyataan kepala sekolah seusai melakukan kunjungan ke rumah siswi itu pada Kamis (4/1/2024). Berdasarkan laporan dari kepala sekolah seusai melakukan home visit, dinyatakan tidak ada tindakan perundungan atau bullying yang dialami siswi SMA negeri di Salatiga itu.

Meski demikian, berdasarkan aduan orang tua ke sejumlah pihak, termasuk Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Jateng, terdapat tindakan bullying yang dialami siswi tersebut.

Agung mengungkapkan berdasarkan informasi yang diterima, korban merasa terintimidasi oleh guru dan kepala sekolah yang melakukan kunjungan ke rumahnya. Alhasil, saat ditanya kepala sekolah sambil dirangkul, korban mengaku tertekan sehingga menyampaikan tidak mengalami bullying.

Pelukan dari kepala sekolah itu rupanya diartikan lain oleh korban. Seusai guru dan kepala sekolah pergi dari rumahnya, korban mengaku terintimidasi sehingga menyampaikan jawaban seperti keinginan guru, yakni tidak mengalami bullying.

“Keterangan dari kepala sekolah sebenarnya tidak mencengkram. Dia [kepala sekolah] hanya memeluk si anak. Memeluk dalam arti mendekatkan secara emosional dan menanyakan terkait penarikan jilbab. Jadi, intervensi itu belum diketahui secara pasti. Tapi, saya memang belum tahu persis seperti apa orang tuanya,” ujar Agung.

Trauma

Agung menambahkan, korban mungkin saat itu masih dalam kondisi trauma. Oleh sebab itu terjadi salah arti tindakan merangkul yang diterjemahkan sebagai tindakan mencekik.

“Maka investigasi butuh waktu dan pendampingan psikolog. Hari ini akan ketemu orang tuanya lagi. Nanti saya sampaikan hasil selanjutnya,” tutur Agung.

Diberitakan sebelumnya, ayah korban dugaan bullying di SMA Negeri di Kota Salatiga, GS, mengaku anaknya merasa terintimidasi saat guru dan kepala sekolah datang ke rumahnya. Saat ditanyai oleh pihak sekolah, korban menjawab dengan terpaksa dan tertekan.

GS membenarkan jika pihak sekolah memang sudah melakukan kunjungan ke rumah korban pada Kamis (4/1/2024). Namun menurutnya anaknya masih trauma, sehingga hanya bisa mengiyakan saat ditanya oleh kepala sekolah.

“Namanya anak masih trauma ditanya-tanya masalah peristiwa, hanya bisa mengangguk dan menangis. Dia ketakutan ada kepala sekolah, guru BP, dan wali kelas yang menanyakan,” dalih GS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya