SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk Wolbachia. (Freepik)

Solopos.com, SEMARANG — Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Semarang menilai penyebaran nyamuk ber-Wolbachia efektif menurunkan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di kota setempat. Namun, sosialisasi harus terus dilakukan agar masyarakat dapat memahami dan menerima.

Ketua IDI Kota Semarang, Sigid Kirana Bintang Bhima, mengatakan nyamuk ber-Wolbachia itu sudah dilepasliarkan ke dua kecamatan dengan kasus DBD terbanyak, yakni Kecamatan Banyumanik dan Tembalang. Hasilnya, ada penurunan kasus DBD.

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

“Penyebaran nyamuk Wolbachia di Kecamatan Banyumanik telah menunjukkan hasil penurunan kasus DBD. Periode Januari sampai September 2023 tercatat 51 kasus DBD dari angka 98 di periode yang sama pada 2022. Begitu pula di Kecamatan Banyumanik yang jumlah penderita DBD pada 2022 mencapai 83 kasus turun menjadi 29 kasus di tahun ini,” katanya kepada wartawan, Selasa (21/11/2023).

Ia menjelaskan, Wolbachia sendiri merupakan pengembangan bakteri alami yang sudah ada di dalam tubuh nyamuk. Sehingga ini hanya memiliki efek pada nyamuk Aaedes aegypti.

“Wolbachia ini bukan bakteri hasil rekayasa genetika, tetapi bakteri alami yang sudah ada di tubuh nyamuk kemudian dikembangkan. Jadi memang hanya berefek pada nyamuk dan serangga, nyamuk Wolchabia yang disebar tidak membunuh secara langsung, tetapi menyebabkan turunnya jumlah virus di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti,” jelasnya.

Ia menyakini, Pemerintah Kota Semarang tidak akan begitu saja menyebarkan nyamuk ber-Wolbachia tanpa persiapan yang matang. Menurutnya, pemerintah telah melakukan perhitungan, apalagi Kota Semarang ditunjuk menjadi pilot project.

“Ditunjuknya Kota Semarang pasti ada alasannya, jumlah kasusnya tinggi. Kemudian populasi masyarakat tinggal di rural, di permukiman padat, dan sering kali terjadi banjir. Atas dasar itu ditunjuk,” imbuhnya.

Untuk itu, ia meminta masyarakat tak khawatir dengan penggunaan bakteri Wolbachia. Pasalnya, dalam penelitian telah terbukti menurunkan angka kasus DBD.

“Dengan Wolbachia ini, tidak mengurangi jumlah populasi nyamuk Aedes aegypti, kalau nyamuknya mati, ekosistem akan terganggu. Tetapi sebelum dan setelah dilepas Wolbachia, jumlah nyamuknya masih sama. Saya kira environmental ethics ini sangat diperhatikan,” tandasnya.

Untuk diketahui, Kota Semarang menjadi salah satu dari lima kabupaten/kota dalam pilot project Penyelenggaraan Teknologi Nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia. Penetapan ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1341/2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue dengan Metode Wolbachia.

Kota Semarang menjadi kota kedua pilot project teknologi nyamuk ber-Wolbachia dengan tajuk Wolbachia Ing Kota Semarang (Wingko Semarang). Wingko Semarang ini diharapkan menjadi program yang jitu dalam menekan angka persebaran kasus demam berdarah atau DBD.

Wolbachia merupakan sejenis bakteri yang ada pada nyamuk atau serangga. Namun, bakteri itu tidak ditemukan pada nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor yang menularkan virus dengue.

Nyamuk Wolbachia membawa bakteri bernama Wolbachia yang menghalangi mereka menularkan demam berdarah dan virus lainnya, seperti cika, chikungunya, dan demam kuning ke manusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya