SOLOPOS.COM - Penampakan kemacetan di jalur Pati-Rembang. (Istimea/Relawan Pati).

Solopos.com, SEMARANGKemacetan di Jalan Pantura Pati-Rembang yang masih berlanjut hingga Senin (20/11/2023) mengakibatkan para pengusaha truk makin putus asa. Kerugian material yang dialami ditaksir bisa mencapai Rp1 juta per hari lantaran mengalami keterlambatan atau delay dampak terjebak macet.

Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bambang Widjanarko, mengatakan banyak pengusaha dan sopir truk yang pasrah dengan keadaan jalur Pati-Rembang. Mereka saat ini juga mulai menyampaikan kritikanya menggunakan kata-kata menggelitik di sejumlah sosial media (Medsos).

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

“Pasrah sekarang mereka [pengusaha truk dan sopir]. Dulu, kalau menyikapinya marah-marah tapi sekarang pada bercanda. Misal, wah ini proyek abadi, apalah, dan sebagainya. Candaan-candaan itu satire ya, sindiran,” kata Bambang kepada Solopos.com, Senin (20/11/2023).

Terkait dampak, Bambang menyampaikan paling berpengaruh pada ritase atau jumlah capaian armada dalam pengiriman material dari lokasi A menuju ke lokasi B. Kerugian tersebut belum ditambah delay satu hari yang bisa membuat kehilangan omzet mencapai Rp1 juta per truk atau armada.

“Pokoknya matilah, ritasenya jadi menurun terus karena kemacetan. Misal saya punya 100 truk dan terjebak di situ [jalur Pati-Rembang] 25 truk, terus delay 2 hari. Ya kerugian saya Rp50 juta, itu dari perusahaan saya saja,” jelasnya.

Beruntungnya, lanjut Bambang, beberapa pengusaha sudah belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sehingga ketika melintas di jalur Pati-Rembang mereka tak membawa muatan yang mudah membusuk.

“Jadi kerugiannya enggak bertambah karena sudah belajar dari sebelumnya. Mereka yang membawa buah-buahan/makanan lebih memilih menghindari Pati-Rembang atau muter jalan lain. Daripada ganti rugi mending kehilangan profit. Berat lagi kalau dua-duanya [ganti rugi dan hilang profit],” sambungnya.

Saat ditanya apakah jalur Pantura Pati-Rembang merupakan “jalur kematian” bagi pengusaha dan sopir truk, Bambang sudah tak bisa berkata-kata lagi istilah apa yang dirasa pas. Sebab, bagi pengusaha dan sopir truk, jalur Pati-Rembang seperti sudah tak ada harapan.

“Kami sudah enggak ada yang bisa ngomong lagi. Memang khusus daerah itu [Pati-Rembang] kayaknya sejak adanya tol sudah enggak begitu diperhatikan. Para pengusaha dan sopir truk sudah putus asa dan lebih putus asa lagi. Saat ini yang lewat hanya perusahaan yang istilahnya bukan top class-nya. Kalau top class-nya Indonesia itu lebih baik muter. Jadi yang lewat sana justru orang dengan uang pas-pasan, perusahaan kecil atau perorangan yang saya kira itu mereka setengah mati bertahan,” bebernya.

Kasatlantas Polresta Pati, Kompol Asfauri, membenarkan bila sampai saat ini kemacetan di jalur Pati-Rembang masih berlanjut. Namun pihaknya mengeklaim kondisi terkini sudah mulai terurai lancar.

“Alhamdulillah lancar. Berjalan dua arah,” kata Kompol Asfauri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya