SOLOPOS.COM - Nelayan menurunkan ubur-ubur dari perahu untuk dijual kepada pengepul di Kompleks Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (21/9/2023). (Solopos.com-Antara/Sumarwoto)

Solopos.com, SEMARANG – Musim kemarau yang cukup berkepanjangan mendatangkan berkah bagi nelayan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Jateng). Selama beberapa hari terakhir, para nelayan di Cilacap mengalami panen ubur-ubur atau binatang laut yang termasuk dalam kelas Scyphozoa.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap, Indarto, mengatakan nelayan di sejumlah wilayah Cilacap, Jawa Tengah dalam beberapa hari terakhir panen ubur-ubur. “Namun sekarang volume ubur-uburnya mulai berkurang, sejak ada hujan beberapa hari lalu,” kata Indarto, di Cilacap, Kamis (21/9/2023).

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

Menurut dia, ubur-ubur biasanya muncul di perairan selatan Cilacap saat musim kemarau atau musim angin timuran yang tidak disertai dengan adanya hujan.

Produksi ubur-ubur hasil tangkapan nelayan pada tahun 2019 mencapai 900 ton. Namun dalam dua tahun terakhir, 2020-2022, mengalami penurunaan karena sering terjadi hujan.

“Apalagi tahun 2022 ada fenomena La Nina, sehingga sering terjadi hujan. Padahal, ubur-ubur kalau ada hujan akan menghilang atau tidak muncul,” ujarnya.

Terkait dengan hal itu, dia memperkirakan produksi ubur-ubur pada tahun 2023 tidak sebanyak tahun 2019 karena sempat terjadi hujan.

Lebih lanjut, Indarto mengatakan ubur-ubur hasil tangkapan nelayan tersebut dijual ke pengepul dan selanjutnya dikirim ke eksportir yang berada di luar wilayah Cilacap. “Ubur-ubur itu diekspor ke sejumlah negara seperti China,” katanya.

Seorang nelayan di Cilacap, Darkim, mengatakan ubur-ubur mulai bermunculan sejak awal bulan September, namun saat sekarang sudah mulai berkurang. Kendati demikian, dia mengaku masih bisa mendapatkan 1-2 ton ubur-ubur dalam sekali melaut.

“Biasanya, saya bisa dua kali berangkat melaut dalam sehari, hanya untuk menangkap ubur-ubur,” ujarnya pula.

Menurut dia, ubur-ubur tersebut selanjutnya dijual ke pengepul di Kompleks Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap dengan harga Rp900 per kilogram.

Seorang pengepul Dirman mengaku saat sekarang hanya bisa mengumpulkan ubur-ubur hasil tangkapan nelayan hingga kisaran 20-30 ton. “Dulu bisa bisa mencapai 50 ton. Ubur-ubur itu saya beli dari nelayan Rp900/kg, kemudian dijual ke gudang [penampungan] dengan harga Rp1.100/kg, sudah termasuk upah tenaga kerja dan transportasi,” ujarnya lagi.

Setelah melalui berbagai proses pengeringan, ubur-ubur tersebut dikirim ke eksportir di Jakarta untuk diekspor ke sejumlah negara di kawasan Asia Timur seperti China dan Jepang guna diolah menjadi bahan makanan maupun kosmetik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya