SOLOPOS.COM - Seorang petani tengah memeting daun tembakau di Jawa Tengah (Jateng). (Youtube Espos Indonesia)

Solopos.com, SEMARANG — Tembakau merupakan tumbuhan asli dari Benua Amerika. Kendati demikian, perkembangan tembakau di Indonesia, termasuk Jawa Tengah (Jateng) tergolong cukup populer. Lantas, seperti apakah sejarah perkembangan tembakau di Jawa Tengah (Jateng), yang merupakan satu dari sekian banyak daerah di Indonesia penghasil tanaman yang memiliki nama latin Nicotiana tabacum ini.

Sejarah tembakau dimulai dari runtutan cerita yang panjang dan kompleks. Bernama latin Nicotiana tabacum, tanaman ini diduga berasal dari Amerika dan sudah ada jauh sebelum abad ke-15. Setelah ekspansi koloni Christophorus Colombus ke Amerika pada akhir era 1480-an, tanaman ini menjadi komoditi pertanian paling berharga di Eropa
.
Ada beberapa hipotesa sejarah tentang kemunculan tembakau di Indonesia, yaitu bangsa Spanyol, Portugis atau barangkali Belanda. Istilah tembakau sendiri berasal dari dua bahasa: Belanda dan Portugis, yaitu “tabak” dan “tabaco”. Meski demikian, Portugis menjadi salah satu kekuatan terbesar Eropa yang menggondol tanaman berharga ini ke wilayah-wilayah yang dijelajahinya, termasuk Indonesia.

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

Menurut sejarahwan Edy Supratno, istilah tembakau di Indonesia berasal dari bangsa Portugis. “Antara Beladan dan Portugis kan lebih duluan Portugis, sehingga istilah tembakau yang disebut tumbako atau tabaco dari Portugis itu lebih pas, karena kita pakainya tembakau,” ujarnya dikutip dari video di kanal Youtube Espos Indonesia.

Meski demikian, tembakau yang ditanam orang-orang Portugis pada tahun 1600-an, ternyata bukanlah tembakau pertama yang tumbuh di Indonesia. Sejarah menyebutkan jika sebelum orang Portugis datang ke Indonesia, tanaman tembakau sudah ada di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah (Jateng).

Kebiasaan

Varietas tembakau Jawa sudah ditanam bahkan sebelum kolonial memperkenalkan cara menikmati tembakau dengan dihisap. Tembakau lokal ditanam penduduk untuk dikonsumsi kalangan sendiri, biasanya dipakai penduduk untuk dibuat rokok atau dikunyah setelah mengunyah daun sirih.

Edy mengatakan di Amerika tembakau banyak digunakan untuk berbagai kepentingan, termasuk pengobatan dengan cara dihisap. Kebiasaan ini kemudian ditiru para raja-raja Mataram di Pulau Jawa, dalam mengonsumsi tembakau, yakni dengan cara dihisap.

Namun, sekalipun tembakau merupakan tanaman dari luar Indonesia, bagi masyarakat Jawa, terutama Temanggung, Jawa Tengah (Jateng), tanaman ini dianggaap sebagai warisan peradaban secara turun temurun yang patut dilestarikan.

Bahkan berdasarkan cerita rakyat Temanggung, tanaman tembakau konon diperoleh dari wangsit Ki Ageng Makukuhan, seorang ulama dan tokoh penyebar agama Islam di Temanggung, saat tengaah sakit. Ki Ageng Makukuhan konon mendapat wangsit untuk memetik daun yang ditanam dari hasil butiran benih.

Istilah “mbako” dalam bahasa Jaawa juga berasal dari ucapan murid Sunan Kalijaga itu, “Iki godong tambaku,” saat mengobati sakitnya dan seketika itu juga sembuh. Tanaman inilah yang dipercayai masyarakat Kembang madu di lembah Gunung Sumbing-Sindoro.

Seperti halnya Temanggung, sebagian lahan pertanian di Jawa Tengah sudah terlebih dulu mengenal tembakau. Meski begitu, penanaman tembakau secara meluas pada akhirnya dimulai pada era kolonialisme Belanda pada abad ke-17.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya