Jateng
Senin, 5 Februari 2024 - 20:28 WIB

Pakan Unggas Naik, Belasan Peternak Ayam di Jateng Gulung Tikar

Adhik Kurniawan  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi peternakan ayam. (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SEMARANG — Belasan peternak ayam di Jawa Tengah (Jateng) dikabarkan gulung tikar atau mengalami kebangkrutan dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu menyusul kenaikan harga pakan ayam seperti jagung yang mengalami lonjakan tinggi hingga tidak sebanding dengan biaya operasional.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jateng, Suwardi, kepada Solopos.com, Senin (5/2/2024). Suwardi mengatakan gelombang peternak ayam yang gulung tikar itu bakal semakin masif jika harga pakan ternak tak segera dikendalikan.

Advertisement

“Iya, harga pakan naik tak terkendali. Apalagi saat ini harga telur enggak sebanding dengan harga pakan jagung yang tinggi. Kalau dibiarkan seperti ini terus, jumlah peternak semakin menyusut,” ujar Suwrdi.

Pria yang juga berprofesi sebagai peternaak ayam di Sukorejo, Kendal, itu mengaku kenaikan harga pakan ternak jenis jagung ini sudah berlangsung sejak awal Januari 2024. Setelah itu, setiap sepekan harganya terus mengalami kenaikan Rp1.500.

“Harga awal pakan jagung itu Rp7.000, terus naik sampai Rp8.000. Saat ini harganya sudah diatas Rp9.000. Belum lagi pabrik membatasi pembelian [pakan jagung] sampai harus inden tiga hari. Penyebabnya [pembatasan] karena tidak adanya pasokan jagung,” bebernya.

Advertisement

Kondisi ini pun membuat setidaknya 15 peternak ayam di Jawa Tengah gulung tikar. Sementara sebagian lainya harus rela melepaskan ayam dari kandangnya agar mencari pakan sendiri.

“Masa-masa sulit ini. Apalagi kalau enggak punya cadangan pakan jagung. Sukorejo dan Kecamatan Bejen, Temanggung, ada yang gulung tikar peternaknya. Kalau di total [Jateng] lebih dari 15 [peternak] yang gulung tikar. Dan itu nyaris merata di kabupaten/kota,” tuturnya.

Sementara yang masih bertahan, lanjut Suwadi, harus rela rugi Rp2.000-Rp3.000/kg telur dari biaya produksi. Sebab, harga telur telur stagnan di bawah biaya produksi, yakni Rp21.500-Rp22.500 per kg.

Advertisement

“Dua bulan ini merugi rata-rata 2000/kg telur setiap kali produksi. Bagi yang ikut koperasi atu asosiasi saat ini dapat beli jagung CJP yang dimulai bulan Desember. Makanya tidak terlalu rugi,” tutupnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif