SOLOPOS.COM - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jateng, Fitri Hartanto. (Solopos.com/Adhik Kurniawan).

Solopos.com, SEMARANG–Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan surveilans AFP atau pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus lumpuh layuh akut pada anak usia di bawah 15 tahun di wilayah Jateng cukup tinggi atau baik.

Kendati demikian, menurut IDAI Jateng, hasil laporan sejumlah kabupaten/kota didapati ketersediaan vaksin untuk mengover polio serotipe-2 atau vaccine derived polio virus (VDPV) masih rendah.

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

Ketua IDAI Jateng, Fitri Hartanto, mengatakan upaya mencegah kasus polio sebenarnya ada dua cara, yakni sisi cakupan dan kegiatan surveilans. Ia membeberkan AFP di Jateng sudah mencapai target atau berada di angka 3/100.000 anak usia di bawah lima tahun.

Namun, capaian imunisasi inactivated polio vaccine (IPV) tak sebaik capaian vaksinasi oral polio vaccine (OPV).

“Berbeda dengan OPV yang lebih konsisten pengadaannya. [Vaksin] Polio yang mengover serotipe-2 ini Jateng masih rendah. Teman-teman [IDAI Kabupaten/kota] beberapa memang melihat bahwa ketersediaan vaksin IPV tidak selamanya ada. Kadang ada kadang tidak. Ini [vaksin tak menentu] yang jadi cakupan tidak sesuai harapan,” terang Fitri kepada Solopos.com di kantornya, Selasa (16/1/2024).

Oleh sebab itu, lanjut Fitri, penemuan kasus baru polio terhadap anak di Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten, pada 20 Desember 2023 lalu harusnya menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng akan pentingnya ketersediaan vaksin untuk mengover virus polio tipe-2.

Mengingat, hasil pemeriksaan laboratorium di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta keluar hasil positif virus polio VDPV2.

“Secara kesadaran [imunisasi] masyarakat Jateng sebenarnya tinggi. Dan Klaten itu kan dampak dari perjalanan [luar Jateng]. Di mana saat dilakukan pemeriksaan benar penyakit polio. Kemudian setelah dikaji ternyata penyakit polio sana [Klaten] hampir sama kelompok di Indonesia, dicover oleh tetes polio [OPV] pivalen 1 sama 3. Nah mestinya ada satu imunisasi lagi dalamnya ada tipe 1, 2, 3. Di mana tipe vaksinnya [1, 2, 3] pada penyuntikan atau IPV. Karena temuannya termasuk dalam kelompok tipe-2 yang mutasi. Ini yang sebabkan anak sakit polio,” jelasnya.

Meski demikian, dia menilai pengambilan langkah sub pin imunisasi polio secara serentak selama dua putaran pada 15 Januari dan 19 Februari di 35 kabupaten/kota oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng merupakan langkah yang tepat.

Sebab dengan pemberian nOPV2 atau Novel Oral Poliomyelitis Vaccine sebanyak dua tetes terhadap anak usia 0-7 tahun tanpa memandang status imunisasi sebelumnya sangat efektif untuk mencegah penyebaran virus polio tipe-2 yang telah bermutasi.

“Meneteskan [nOPV2] polio tipe-2 bisa mengatasi dan mencegah virus polio tipe-2 yang mutasi ini. Sehingga kita harapkan masyarakat mau memberikan anak-anaknya izin untuk diberikan tetes polio secara serentak,” harapnya.

Sementara itu, Subkoordinator Surveilan Imunisasi Dinkes Jateng, Atin Suhesti, menampik saat ditanya ketersediaan stok vaksin IPV yang tak menentu.

Ia mengklaim distribusi vaksin polio baik OPV maupun IPV tak pernah kekurangan. Meski demikian, ia tak membeberkan jumlah vaksin yang didistribusikan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) itu.

“Vaksin sebenarnya selalu cukup. Dan Klaten itu secara data sistem memang capaian imunisasinya di 85 persen. Tapi dalam data manual 101 persen. Sudah tinggi melebihi target nasional yang 95 persen. Jadi kecil kemungkinan Klaten kena KLB [kejadian luar biasa]. Dan kasusnya itu [Klaten] kan tertular dari luar. Karena si anak saat ke Sampang imunisasinya tidak lengkap,” klaim Atin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya