Jateng
Selasa, 7 November 2023 - 16:22 WIB

Pemkot Salatiga Gelar Seminar Antisipasi Radikalisme di Lingkungan Pendidikan

Hawin Alaina  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga, Sinoeng N Rachmadi saat memberikan pengarahan dalam Seminar Antisipasi Paham Ekstremisme dan Radikalisme di Ruang Plumpungan Bali Kota Salatiga, Senin (6/11/2023). (Istimewa)

Solopos.com, SALATIGA — Antisipasi paham ekstremisme dan radikalisme perlu dilakukan sejak dini, mulai dari lingkungan pendidikan sekolah. Hal itu penting dilakukan karena anak muda dan kaum milenial bisa menjadi bagian yang sangat mudah terpapar dari paham tersebut.

Hal tersebut disampaikan Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga, Sinoeng N Rachmadi saat menjadi narasumber dalam kegiatan Seminar Orientasi Kewaspadaan Nasional tentang Mengantisipasi Paham Ekstremisme dan Radikalisme di Lingkungan Pendidikan di Ruang Plumpungan, Senin (6/11/2023). Menurutnya, perlu pengawasan secara berkala, baik di lingkungan sekolah maupun sistem pembelajaran yang ada di dalamnya.

Advertisement

“Ini menjadi sangat menggembirakan dan membanggakan, ada inisiasi dari Badan Kesbangpol untuk menghadirkan kepala sekolah SMP, SMA, MA, ketua DPRD, komandan Kodim, dan jajaran Pemkot untuk bertemu bersama-sama dalam mengantisipasi hal-hal yang bisa menjadi potensi munculnya radikalisme, kekerasan, mengoyak semangat bersatu, toleransi dalam perbedaaan di dalam lingkungan pendidikan,” kata Sinoeng.

Dijelaskan, Salatiga adalah miniatur indonesia yang banyak keberagaman suku, bahasa dan budaya. Oleh karena itu, pola frekuensi bertemu dengan anak-anak perlu terus diadakan tetapi dengan varian yang berbeda. Bukan lagi tutorial namun ada sajian yang sifatnya visual agar lebih menarik dan kekinian.

Diakuinya, anak-anak milenial saat ini muncul semacam kebosanan untuk memperoleh penjelasan secara narasi. Tetapi mereka akan lebih tertarik jika mereka melihat sesuatu yang sifatnya visual. Hal itu yang disebut dengan proses seeing is believing.

Advertisement

“Maka tidak berlebihan kalau saya mengatakan bahwa anak anak generasi Z dan milenial tidak belajar dari nasihat. Mereka belajar dari gagal, jatuh, sakit, terluka namun mereka bangkit lagi dan mereka belajar dari teladan, yaitu kita sebagai orang tua. Maka tunjukkan mereka teladan yang baik, maka akan menjadi bahan pembelajaran bagi mereka [anak muda dan generasi Z dan milenial],” tandas Sinoeng.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif