SOLOPOS.COM - Ilustrasi ajakan menghentikan bullying atau perundungan. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG — Kasus dugaan perundungan atau bullying yang menimpa seorang siswi SMA negeri di Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng), berakhir penuh dengan tanda tanya. Hal itu menyusul ditutupnya keputusan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng menutup kasus tersebut, meski dugaan bullying itu belum diketahui kebenarannya.

Kepala Cabang Dinas (Cabdin) Pendidikan Wilayah V Disdikbud Jateng, Agung Wijayanto, mengatakan investigasi sudah tidak bisa dilanjutkan lantaran korban memilih pindah sekolah. Keputusan tersebut diambil seusai kepala sekolah berkunjung ke rumah siswi tersebut, Senin (8/1/2024).

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

“Hasil pertemuan kemarin dari Kasi [kepala seksi] maupun Kepala Bidang (Kabid) SMA Disdikbud Jateng dengan orang tua justru tidak sekali pun menyinggung soal bullying. Orang tua hanya mengajukan pengunduran diri [siswi] dan mutasi ke sekolah lain. Dan mutasi itu dasarnya juga bukan karena bullying,” ungkap Agung kepada Solopos.com, Selasa (9/1/2024).

Praktis, lanjut Agung, investigasi terkait dugaan perudungan terhadap siswi SMA negeri di Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, itu pun tak bisa dilanjutkan. Oleh sebab itu, hingga kini kasus bullying itu pun hanya sebatas dugaan dan belum terbukti kebenarannya.

“Tinggal menunggu ini barangkali ada kelanjutannya. Tapi, investigasi sudah ditutup. Tidak bisa dilanjutkan karena tak bisa memberi keterangan lebih lanjut dari orang tua maupun anaknya. Pelaku perundungan ini siapa? Bentuknya seperti apa? Tidak terkonfirmasi kebenarannya. Bukti kuat juga belum ada, jadi berakhir dengan dugaan,” tegas Agung.

Dugaan Intimidasi

Sementara saat disinggung investigasi terhadap kepala sekolah yang sebelumnya dituduh melakukan intervensi maupun intimidasi kepada siswi SMA negeri di Salatiga, Agung juga mengaku dihentikan. Selain itu, hasil klarifikasi sebelumnya diklaim merupakan salah tafsir antara kepala sekolah dengan pihak siswi.

“Sudah disampaikan ke kami tidak ada istilah mencekik. Itu hanya sebatas merangkul sebagai bentuk empati pada siswi, namun disalahartikan sebagai intimidasi,” terangnya.

Agung berharap kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Selain itu ia meminta peran serta dan kerja sama masing-masing orang tua dalam mendidik anak.

“Saya berpesan kepada orang tua dan siswa, satuan pendidikan adalah rumah kedua. Harus ada kolaborasi, sinergi baik orang tua dan pendidik secara bersama. Jangan ada pertentangan untuk menciptakan kondisi sejahtera di sekolah,” ujarnya.

Diberitakan sebelummya, seorang siswi SMA negeri di Salatiga, Jateng, mengaku menjadi korban perundungan atau bullying. Hal itu disampaikan ayah siswi itu, GS, Jumat (5/1/2024).

GS bahkan menyebut akibat mengalami perundungan, anak perempuannya itu mengalami trauma dan berniat mengakhiri hidup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya