SOLOPOS.COM - Ilustrasi, Air rob di Semarang (Foto Antara)

Solopos.com, SEMARANG — Penurunan muka tanah atau land subsidence yang melanda kawasan pesisir, tak terkecuali Kota Semarang, memberikan kerugian di berbagai sektor. Kerugian itu tidak hanya dirasakan secara langsung oleh masyarakat Kota Semarang, tapi juga dirasakan secara tidak langsung.

Hal tersebut disampaikan Guru Besar Teknik Sipil Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof Suripin, dalam Diskusi Interaktif bertajuk Dampak Penurunan Muka Tanah di Semarang, Rabu (8/11/2023). Suripin menyebut penurunan muka tanah disebabkan beberapa faktor, yakni pengambilan tanah secara masif, jenis tanah, hingga peningkatan beban lingkungan karena pembangunan.

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

“Kita sendiri punya peran meningkatkan atau mempercepat penurunan permukaan tanah. Oleh karena itu, kita sendiri yang harus menyetop. Kita tidak bisa mengangkat kembali, tapi paling tidak penurunan harus dihentikan supaya tidak semakin dalam,” ujarnya.

Suripin menyebut, penurunan muka tanah menyebabkan kerugian bagi masyarakat di pesisir Kota Semarang, baik secara ekonomi maupun sosial. Masyarakat harus mengeluarkan biaya untuk menyesuaikan tinggi bangunan atau bendungan kecil karena tempat tinggalnya kerap dilanda banjir rob.

“Belum lagi bangunan yang hampir tenggelam, jaringan pipa rusak, dan infrastruktur lainnya,” jelas Suripin.

Hal tersebut juga mengurangi efektivitas pembangunan yang dilakukan pemerintah. Seperti proyek perbaikan jalan di perbatasan Kota Semarang-Demak dan Grobogan. Lantaran kondisi geologis tanah yang belum padat dan terus bergerak, sehingga bakal mempercepat kerusakan jalan.

“Land subsidence di Pantura Jawa Tengah ini sebenarnya tidak hanya di Kota Semarang, tapi juga Semarang ke timur dan barat. Titik tertinggi, atau lokasi tertinggi land subsidence berkisar 12 cm per tahun,” jelas Suripin.

Kendati demikian, permasalahan lain timbul karena lahan-lahan di Kota Semarang menjadi incaran investor lantaran memiliki potensi bisnis. Hal ini pun membuat pembangunan di Kota Semarang berlangsung masif, tak terkecuali di kawasan pesisir, yang membuat peningkatan beban lingkungan.

Untuk menanggulangi masalah itu, Sekretaris Daerah Kota Semarang, Iswar Aminuddin, pun menyinggung pentingnya kesadaran semua pihak akan bahaya penurunan tanah. “Kondisi kitaa sudah ambang batas kekhawatiran. Ini perlu kesadaran semua lapisan masyarakat tentang kondisi ini,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Iswar pun meminta pelaku hotel dan mal di Semarang untuk tidak lagi mengambil atau menggunakan air bawah tanah. Sebagai gantinya, pelaku hotel dan mal diwajibkan menggunakan air dengan berlanganan ke PDAM Tirta Moedal.

Kebijakan ini diterapkan sebagai solusi mengurangi penurunan muka tanah di Kota Semarang, yang disebabkan pengambilan air bawah tanah secara masih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya