SOLOPOS.COM - Warga Dusun Kaligintung, Desa Karangduren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang saat mengikuti nyadran untuk pertama kalinya di Makam Kiai Midro dan Nyai Midro, Sabtu (2/3/2024). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN – Menyambut bulan Ramadan, banyak masyarakat di berbagai daerah di Jawa Tengah (Jateng) menggelar tradisi nyadran atau mengirim doa untuk arwah sanak saudara hingga leluhur yang sudah meninggal dunia. Seperti halnya warga Dusun Kaligintung, Desa Karangduren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng), yang menggelar tradisi nyadran pada Sabtu (2/3/2024).

Meski demikian, nyadran bagi warga Dusun Kaligintung, Tengaran, Kabupaten Semarang, kali ini terasa lebih spesial. Hal ini dikarenakan untuk kali pertama mereka menggelar tradisi nyadran di pemakaman Kiai Midro dan Nyai Midro.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Tak hanya mengirim doa untuk arwah Kiai Midro dan Nyai Midro. Warga yang mengikuti tradisi nyadran itu juga kompak membawa makanan untuk disantap bersama seusai acara selesai.

Kepala Dusun Kaligintung, Kelurahan Karangduren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Slamet, mengatakan tradisi nyadran digelar untuk mengirim doa kepada para leluhur, salah satunya Kiai Midro dan Nyai Midro, yang merupakan tokoh yang dipercaya sebagai pendiri dan sesepuh Dusun Kaligintung.

“Disampaikan dari sesepuh pendahulu Kiai Midro dan Nyai Midro ini sebagai cikal bakal Dusun Kaligintung,” kata pria yang akrab disapa Limun kepada Solopos.com, Sabtu (2/3/2024).

Dikatakan, kegiatan nyadran ini ke depannya akan terus diselenggarakan setiap tahun. Tujuannya agar masyarakat tetap mengenal para leluhur yang telah mendirikan Dusun Kaligintung. Selain itu, juga untuk menambah kerukunan antarmasyarakat.

Sementara itu, tokoh masyarakat setempat, Pujo Pramujito, menambahkan nyadran pertama di makam Kiai Midro dan Nyai Midro ini sebagai simbol masyarakat agar senantiasa hidup rukun dan saling gotong-royong.

“Ini semuanya gotong-royong dari warga juga. Kita mengirim doa kepada leluhur. Selain itu juga doa bersama agar ke depan semakin kuat untuk menghadapi kehidupan yang semakin berat. Semoga ke depannya semakin baik lagi,” tandas Jito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya