SOLOPOS.COM - RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang. (Istimewa)

Solopos.com, SEMARANG – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) KRMT Wongsonegoro atau yang biasa disebut RSWN, mewaspadai peningkatan kasus demam berdarah dengue atau DBD, terutama pada anak. Hal ini sering pengaruh musim hujan yang kerap menjadi momen nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.

“Sekarang ini RSWN baru banyak merawat pasien (DBD) terutama anak. Pada Januari ada 10 anak, Februari ada 17 anak positif DBD,” kata Direktur RSWN, Eko Krisnarto, Jumat (1/3/2024).

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

Menurut dia, gejala DBD biasanya adalah demam tinggi yang naik turun disertai gangguan pencernaan. Oleh karenanya, perlu dilakukan pemeriksaan kadar trombosit kepada pasien guna memastikan diagnosa.

“Orang tua sudah kasih obat turun panas, kemudian demam turun. Tapi meningkat lagi, sehingga dibawa ke rumah sakit, setelah diperiksa trombosit mengalami penurunan,” katanya.

Ia mengatakan kebanyakan pasien DBD anak saat dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) kondisinya sudah lemas. Hal itu biasanya disebabkan pasien anak tidak mau makan dan minum, ditambah kondisinya demam.

Meski demikian Eko memastikan pasien DBD bisa ditangani dengan baik dengan perawatan dan pengobatan selama rawat inap, sehingga tidak sampai pada fatalitas atau kematian.

Diakuinya, penyakit DBD memang tengah marak belakangan ini terlihat dari pasien yang dirawat inap, termasuk dengan pasien dewasa. Meski demikian, jumlah pasien dewasa ini tidak sebanyak pasien anak.

Saat ini, kata dia, RSWN telah menyiapkan seluruh langkah antisipasi, termasuk penyediaan sarana prasarana bagi pasien, khususnya DBD anak, yang memerlukan layanan rawat inap.

Banyaknya pasien DBD anak, ia mengatakan biasanya dipengaruhi perubahan cuaca yang membuat anak-anak mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan tertular penyakit.

“Perubahan cuaca, anak-anak kan daya tahan tubuhnya rentan ya. Permainan dan sosialisasi di sekolah biasanya sangat berpengaruh. Biasanya kalau ada satu anak [terkena DBD], satu kelas ada yang kena,” katanya.

Selain DBD, Eko mengatakan penyakit yang sempat marak adalah infeksi gastroenterologi yang ditandai mual dan diare yang banyak pada Januari 2024, tetapi periode Februari didominasi demam.

“Gastroenterologi pada Februari mengalami penurunan. Untuk yang demam biasa juga mengalami peningkatan. Januari ada 21 pasien, kemudian Februari ada 24 pasien,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya