SOLOPOS.COM - Gunung Sumbing tampak dari Gunung Sindoro, Minggu (2/8/2020). (Solopos/Mariyana Ricky P.D.)

Solopos.com, TEMANGGUNG — Di bulan Ramadan terdapat tradisi unik di Temanggung, Jawa Tengah, yakni Selikuran Gunung Sumbing. Tradisi ini digelar saat malam ke-21 bulan Ramadan.

Dalam Jawa Tengah Calender of Events 2024, tradisi ini menurut jadwal akan diadakan pada Minggu (31/3/2024). Tradisi ini ditandai dengan melakukan pendakian Gunung Sumbing oleh masyarakat sekitar.

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Masyarakat lereng Gunung Sumbing yang berada di Bulu, Temanggung, akan mendaki Gunung Sumbing pada acara ini untuk mengunjungi petilasan Ki Ageng Makukuhan. Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, di malam ke-21, Ki Ageng Makukuhan bermunajat untuk perkembangan Islam di lereng Gunung Sumbing.

Tradisi Selikuran Gunung Sumbing yang juga menjadi wisata Jawa Tengah berbasis kebudayaan ini, seiring berjalannya waktu tidak hanya diikuti oleh warga sekitar, melainkan pendaki dari luar daerah. Rata-rata mereka berasal dari Magelang, Yogyakarta, Solo, Semarang dan beberapa daerah di Jawa Timur. Selain itu, juga pernah ada pendaki dari Spanyol yang mengikuti tradisi ini pada 2018. Mereka berbondong-bondong mengikuti tradisi ini karena dipercaya sebagai malam penuh berkat.

sejarah makam ki ageng makukuhan di gunung sumbing
Makam Ki Ageng Makukuhan di puncak Gunung Sumbing. (Instagram/@kotatemanggung)

Masyarakat sekitar lereng Gunung Sumbing percaya sejak malam ke-21 hingga 10 hari terakhir menuju Hari Raya Idulfitri, dipercaya turunnya Lailatul Qadar.

Di puncak Gunung Sumbing, para pendaki yang mengikuti tradisi ini akan memohon berkat dan berdoa di tengah suasana yang sunyi dan jauh dari hiruk pikuk keramaian. Tradisi malam Selikuran Gunung Sumbing memiliki nilai-nilai spiritualitas yang sangat kental. Tradisi malam selikuran di Gunung Sumbing senantiasa mengingatkan kita akan kehadiran Tuhan melalui alam semesta dengan berdoa, berefleksi, dan berziarah.

Saat gelaran tradisi Selikuran Gunung Sumbing ini, biasanya para pendaki akan disambut dengan 1.000 obor yang dipasang di pintu masuk pendakian Pagergunung. Obor tersebut dipasang di sisi kanan dan kiri jalur pendakian yang menyala terus sepanjang malam hingga pagi hari.

Penyalaan obor ini juga memiliki makna tersendiri bagi warga sekitar. Menurut cerita, dahulu saat Nabi Muhammad SAW turun dari Jabal Nur di malam ke-31 bulan Ramadan, suasananya gelap tanpa ada cahaya. Sehingga para sahabat yang berjalan bersama Nabi Muhammad menyalakan obor sebagai penerang jalan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya