SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng, Uswatun Hasanah.(Solopos.com/Adhik Kurniawan).

Solopos.com, SEMARANG – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) buka suara terkait kabar tindak perundungan atau bullying yang dialami seorang siswi di sebuah sekolah menengah atas (SMA) negeri di Kota Salatiga.

Kepala Disdikbud Jateng, Uswatun Hasanah, membenarkan adanya dugaan bullying tersebut. Kendati demikian, ia mengaku hal tersebut masih sebatas dugaan karena belum terbukti kebenarannya.

Promosi Cerita Penjual Ayam Kampung di Pati Terbantu Kredit Cepat dari Agen BRILink

Uswatun juga mengaku timnya telah melakukan kunjungan dan konfirmasi sementara kepada Cabang Dinas V. Dari hasil kunjungan itu diketahui jika korban memiliki sifat introvert atau cenderung tertutup.

“Laporan itu memang saya terima. Tapi memang anaknya itu sebenarnya introvet. Misal diajak gabung teman-teman kelompok dia [korban] memisahkan diri terus,” kata Uswatun kepada Solopos.com, Jumat (5/1/2024) malam.

Saat disinggung mengenai bentuk pembullyan berupa pemalakan, verbal, fisik, hingga pelepasan jilbab secara paksa, Uswatun mengaku itu baru sebatas dugaan atau tuduhan. Pihaknya saat ini masih berupaya mendapatkan fakta atau bukti secara konkret.

“Dia introvet. Suka menyendiri. Kadang-kadang sekolah tiba-tiba pakai jilbab, kadang juga tidak, kami sudah komfirmasi juga ke pihak orang tua. Dan itu laporan terbaru hari ini. Emang tindakanya suka main-main sendiri. Terus masalah uang Rp50.000 itu juga tidak tahu semuanya. Tapi, dari kacamata saya [Disdikbud Jateng] asesmen berimbang tetap dilakukan, dari PPA [Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak] terkait psikologinyaa. Kami juga masih mendalami lagi. Jadi, pastinya dugaan itu belum bisa disampaikan,” ujarnya.

Uswatun menambahkan seorang siswa atau siswi merupakan tanggung jawab dari orang tua dan pihak sekolah. Pihaknya menegaskan bakal mengambil langkah nyata bersama cabang dinas terkait atas segala sesuatu yang melanggar aturan.

“Kalau ada peristiwa seperti itu harus segera bertindak, ada tim pencegahan dan penanganan kekerasan seksual. Orangtua juga harus kooperatif, karena yang tahu sifat anak di rumah. Intinya kita akan bersinergi untuk pendalamanya dan agar si anak [korban] tidak pindah sekolah. Memang dia nanti merasa kurang nyaman, tapi namanya di sekolah harus berbaur meski introvert,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, peristiwa memalukan diduga terjadi di Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng), yang selama ini dikenal sebagai kota toleran di Tanah Air. Peristiwa memalukan itu berupa tindak perundungan atau bullying yang diduga dialami seorang siswi sebuah SMA negeri di Salatiga oleh teman sekolahnya. Bahkan, akibat mengalami bullying itu siswi tersebut mengaku hendak mengakhiri hidupnya.

Aksi bullying itu diungkapkan ayah korban berinisial GS yang mengaku mendapat laporan dari sang anak. Bahkan, sang anak atau korban mengaku sudah tidak tahan menghadapi bullying itu hingga hendak mengakhiri hidupnya.

“Yang anak sampaikan kepada saya itu, [aksi bullying] berupa pemalakan, rem sepeda motor itu dilepas. Dia mengalami ketakutan sampai pulang itu sepeda motor dituntun. Terus ada juga jilbab dilepas,” terang GS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya