SOLOPOS.COM - Ilustrasi listrik. (Freepik)

Solopos.com, SEMARANG — Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), mencatat ada kenaikan pemakaian listrik melebihi 5.000 Mega Watt (MW) saat musim kemarau 2023 ini. Peningkatan beban listrik itu pun mengakibatkan trafo menjadi overload hingga perlu dilakukan peningkatan.

Manajer PLN Unit Pelayanan 3 (UP3) Semarang, Suparje Wardiyon, mengatakan peningkatan pemakaian listrik itu membuat trafo yang terpasang di jaringan rumah tangga overload. Sebab, rata-rata dari beban listrik di trafo hanya 50 volt hingga 100 volt.

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

“Makanya selama kemarau kami sering koordinasi dengan petugas untuk mengerjakan penggantian trafo listrik dengan kapasitas lebih besar. Sampai saat ini, belum ada penurunan meski sudah masuk pancaroba. Pemakaianya masih tercatat tinggi,” kata Suparje kepada Solopos.com, Kamis (16/11/2023).

Suparje menjelaskan berdasarkan hasil pendataan beban listrik selama musim kemarau panjang, mayoritas warga Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang dan Kabupaten Kendal telah menggunakan listrik dengan beban yang tinggi saat siang hari. Beban puncak pemakaian listrik saat musim kemarau 2023 terjadi pada pulul 17.00 WIB-22.00 WIB.

“Makanya solusinya harus pasang trafo besar. Soalnya ada beban puncak yang sangat besar pada pukul 17.00 WIB-22.00 WIB. Itu selalu terjadi selama September dan Oktober ini,” jelasnya.

Lebih jauh, dalam kurun waktu dua bulan terakhir, total pemakaian listrik di Semarang melampaui angka 5.000 MW. Beban listriknya meningkat drastis karena banyak warga yang menyalakan pendingin ruangan dan kipas angin secara bersamaan pada jam yang sama.

“Tingginya beban listrik karena dipengaruhi dari pelanggan rumah tangga. Rata-rata dialami warga kawasan perumahan. Kalau dari pantauan riil kami, pemakaian listrik yang naik drastis itu biasanya di perumahan wilayah Semarang Timur, Semarang Barat, dan Semarang Selatan,” urainya.

Oleh karena itu, Suparje tak memungkiri bahwa selama musim kemarau kerap terjadi pemadaman arus listrik. Sebab, PLN kerap melakukan tindakan cepat jika muncul kejadian padam terencana dan padam tak terencana.

Lebih jelasnya, padam terencana adalah tindakan yang dilakukan PLN karena petugas di lapangan sedang memasang gardu atau trafo, mengganti kabel listrik maupun sedang mengerjakan penebangan dahan pohon.

Sementara padam tak terencana yaitu adanya kejadian di luar dugaan. Seperti pohon tumbang maupun instalasi kabel listrik yang putus tiba-tiba.

“Kejadian yang sering karena pohon tumbang. Biasanya kejadiannya malam. Untuk jaringan yang rusak karena pohon tumbang gak sampai 50 kejadian. Untuk pemadamannya maksimal di bawah tiga jam. Tapi ada juga padam untuk mengamankan petugas yang sedang pasang gardu, ganti kabel, dan terabas pohon,” ungkapnya.

Sementara itu, salah seorang ibu rumah tangga di Kota Semarang, Sri Lestari, 27, membenarkan bila lebih sering menggunakan air conditioner (AC) selama musim kemarau. Okeh sebab itu, ia mengaku terkejut saat penggunaan listriknya telah mencapai Rp100.000 dalam waktu sepekan.

“Panas banget soalnya. Jadi lebih sering menghidupkan AC. Padahal kalau enggak panas-panas begini, Rp100.000 bisa buat 10 hari,” kata Tari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya