SOLOPOS.COM - Sejumlah dosen UKSW Salatiga mengikuti pelatihan pemadaman api di lapangan basket kampus setempat, Jumat (29/9/2023). (Istimewa/UKSW Salatiga)

Solopos.com, SALATIGA — Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga menggelar Pelatihan Dasar Pemadam Kebakaran (Latsar Damkar) Gelombang II untuk tenaga pendidik dan dosen UKSW Salatiga, Jumat (29/9/2023). Kegiatan yang dimotori Direktorat Keamanan Ketertiban dan Data Siber (D2KDS) ini dilakukan atas kerja sama dengan SBS Fire Protection Yogyakarta.

Terbagi dalam dua sesi yaitu materi dan simulasi, Latsar Damkar diadakan di Ruang F114 dan Lapangan Basket UKSW. Sedikitnya 90 peserta yang terdiri atas dosen dan tenaga kependidikan dari 12 fakultas dan 14 direktorat di lingkungan UKSW mengikuti kegiatan yang bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi terjadinya kebakaran ini.

Dalam sambutannya, Direktur DK2DS, Dr. Teguh Wahyono, menuturkan UKSW mengambil langkah serius dalam tindakan mitigasi terjadinya kebakaran.

“Seluruh sivitas akademika diharapkan dapat menjadi garda terdepan untuk melakukan penanganan pertama jika terjadi kebakaran,” bebernya.

Lebih lanjut, Dr. Teguh Wahyono juga mengungkapkan bahwa Latsar Damkar diagendakan untuk diadakan secara bertahap.

“Pelatihan ini akan diadakan secara rutin, minimal dua kali dalam satu tahun,” jelasnya yang juga menargetkan DK2DS untuk berkolaborasi bersama Pusat Studi Manajemen Bencana UKSW.

Memasuki sesi pemaparan materi, para peserta mendengarkan dengan penuh atensi. Tim SBS Fire Protection, Gunawan, S.W., menuturkan hal yang menjadi salah satu kunci penting jika terjadi kebakaran adalah tetap tenang.

“Kalau panik biasanya cenderung grusa-grusu dan gegabah. Akhirnya tidak bisa melakukan penanganan pertama yang seharusnya bisa dilakukan,” ujarnya.

Selain itu, hal yang membuat orang merasa panik jika terjadi kebakaran adalah kurangnya pengetahuan dalam menangani hal tersebut. Termasuk di dalamnya, ketidaktahuan cara menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) untuk memadamkan api.

Lebih lanjut, Gunawan menjelaskan APAR biasanya ditempatkan 15 meter dengan jarak APAR lainnya. Namun demikian, jarak juga dipengaruhi oleh tingkat risiko kebakaran suatu bangunan. Pada bangunan dengan tingkat risiko tinggi, APAR dapat berjarak 7 hingga 10 meter saja.

Sebelum memasuki sesi simulasi, Gunawan menjelaskan jenis dan cara penggunaan APAR. Beberapa jenis isi APAR di antaranya air, busa, dry chemical powder, CO2, dan halon. Dari kelima jenis APAR, CO2 disebut paling aman karena tidak meninggalkan residu dan tidak menghantarkan listrik.

“APAR jenis CO2 tidak meninggalkan residu. Sehingga jika terkena bahan makanan tetap aman,” tandasnya.

Penggunaan APAR dibawa dan dioperasikan oleh satu orang karena mempunyai berat cukup ringan antara 0,5 hingga 16 kilogram. Saat hendak menggunakan APAR, para peserta harus berpedoman dengan istilah PASS, yaitu pull, aim, squeeze, dan sweep.

“Pertama yang harus dilakukan adalah tarik pin pengaman, arahkan corong ke sumber api, tekan handle dan tidak berhenti menekan hingga api padam atau isi APAR habis, dan sapukan ke kiri dan kanan pangkal api,” terangnya.

Selain melakukan simulasi memadamkan api menggunakan APAR, para peserta juga berlatih menggunakan kain basah untuk penanganan dasar kebakaran serta mengatasi kebakaran yang disebabkan kebocoran tabung gas.

Pendiri dan pemilik SBS Fire Protection, Prasetya, berharap melalui pelatihan ini, sivitas akademika UKSW akan siap menghadapi ancaman kebakaran.

Rekomendasi
Berita Lainnya