SOLOPOS.COM - Patung badak angop yang masih berdiri kokoh di Taman Sompok Kelurahan Lamper Lor, Kecamatan Semarang Selatan. Kamis (20/6/2024) (Solopos.com/Fitroh Nurikhsan)

Solopos.com, SEMARANG — Warga Semarang mungkin sudah tidak asing dengan patung badak angop. Patung yang aslinya berbentuk kuda nil ini masih berdiri kokoh di Taman Sompok, Semarang Selatan.

Lantas bagaimana asal muasal patung kuda nil tersebut kemudian melegenda dengan nama badak angop? Padahal bentuk patung ini sama sekali tidak mirip dengan badak.

Promosi Peternak Kambing di Malang Sukses Kembangkan Usaha Berkat Pemberdayaan BRI

Warga sekitar Sukamto, tidak mengetahui secara detail mengapa orang-orang menyebut patung tersebut sebagai patung badak angop. Secara sadar mereka juga tahu kalau patung itu aslinya berbentuk kuda nil.

“Jujur saya enggak tahu sejarahnya. Sejak saya kerja di Kelurahan Lamper Lor tahun 2000, tahunya itu [patung] ya [sebutan] badak angop,” ucapnya kepada Solopos.com, Kamis (20/6/2024).

Lelaki asal Purwodadi ini menceritakan kalau patung badak angop sudah menjadi simbol yang melegenda. Nama badak angop mungkin jauh lebih besar ketimbang nama Kelurahan Lemper Lor dan Kecamatan Semarang Selatan.

“Bahkan enggak sedikit warga sekitar yang menyebut kecamatan badak angop,” bebernya.

Warga lainnya, Mulyadi, mengatakan patung badak angop sudah ada di Taman Sompok sebelum dia lahir tahun 1983. Sewaktu kecil, warga Lamper Tengah ini sering kali menaiki pundak badak angop bersama teman-temannya.

Sepengetahuan Mulyadi alasan ia dan teman-teman masa kecilnya menyebut badak angop karena bentuk badan yang mirip badak. Kemudian, bentuk mulut yang sedang menganga. Alasan itu pulalah yang membuat patung tersebut dinamakan badak angop atau badak yang tengah menguap.

“Sewaktu saya kecil itu menyimpulkan dari warna dan bentuknya seperti badak. Jadi kami nyaman nyebut patung itu badak angop,” jelasnya.

Dipindah

Pemerhati Sejarah Kota Semarang, Johanes Christiono, menuturkan patung kuda nil atau badak angop itu semula terletak di Jalan Kalibanteng. Namun ketika tahun 1975-1976, Kota Semarang kala itu tengah giat membangun taman lengkap dengan arsitektur hiasannya.

“Taman-taman kota dulu itu dihiasi dengan patung binatang seperti kuda nil di Jalan Kalibanteng, rusa di Simpang Lima, dan kuda zebra di Jalan Pemuda,” ungkapnya.

Terdampak pelebaran jalan, patung-patung binatang itu terpaksa dipindahkan ke tempat lain tahun 1980. Selain patung badak angop yang diketahui dipindahkan ke Taman Sompok. Patung binatang lainnya tidak diketahui keberadaannya.

“Iya, itu memang patung kuda nil, karena warga sudah familiar menganggap patung itu badak angop bukan kuda nil,” imbuhnya.

Menurut Johanes, seiring berjalannya waktu masyarakat Kota Semarang seperti sudah mematenkan nama badak angop dan tidak terlalu mempersoalkan kalau patung itu sebetulanya kuda nil.

“Sama seperti cerita pasar kambing, orang-orang masih paham lokasi pasar kambing sekalipun nama jalan sudah berganti dari Mrican ke Tentara Pelajar,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya