SOLOPOS.COM - Peristiwa bersejarah perjuangan pahlawan di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) direfleksikan kembali oleh para anak muda dalam pertunjukan teatrikal Pertempuran Lima Hari di Semarang, Sabtu (14/10/2023) malam. (Solopos.com/Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG — Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melaksanakan upacara peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang, Sabtu (14/10/2023) malam. Kisah peristiwa bersejarah perjuangan pahlawan di Ibu Kota Jawa Tengah (Jateng) itu direfleksikan kembali oleh para anak muda dalam pertunjukan teatrikal.

Pantauan Solopos.com, acara dimulai dengan membacakan sejarah yang melatarbelakangi Pertempuran Lima Hari di Semarang. Seketika, dentuman meriam serta rentetan senjata menggema seiring pekikan semangat perjuangan tak henti-hentinya diteriakkan oleh para pemuda Kota Semarang, “Merdeka! Merdeka! Merdeka!”.

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Teatrikal pun dimulai ketika Dokter Karyadi akan melaksanakan tugas untuk memeriksa Reservoir Siranda di Candi Lama, salah satu sumber mata air di Kota Semarang yang diduga telah ditebar racun oleh Jepang. Namun ketika hendak memeriksa, Dokter Karyadi gugur ditembak oleh tentara Jepang.

Peristiwa itulah yang membuat rakyat Semarang semakin marah dan melakukan serangan balasan kepada tentara Jepang. Dalam catatan sejarah, perang tersebut terjadi di empat lokasi di Semarang, yakni daerah Kintelan, Pandanaran, Jombang, dan di depan Lawang Sewu (Simpang Lima).

Lokasi konflik yang disebut banyak menelan korban dan berdurasi paling lama adalah di Simpang Lima atau yang kini disebut daerah Tugu Muda. Pada momen untuk mengenang Pertempuran Lima Hari di Semarang atau dari 15 Oktober hingga 19 Oktober inilah, lagu-lagu perjuangan dan nasional dilantunkan bersamaan dengan pertunjukan teatrikal yang diharapkan bisa menggugah semangat untuk mencintai jasa pahlawan dan Tanah Air Indonesia.

“Momentum ini membawa kita kembali di kejadian heroik bersejarah Indonesia, khususnya Semarang. Semoga harapan dan kebebasan tetap bersinar terang di Tugu Muda ini,” harap Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jateng, Sumarno, saat menjadi Inspektur Upacara di Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang, Sabtu (14/10/2023) malam.

Penanggung Jawab Teater Pitoelas, Sukirno, mengatakan ada sekitar 150 orang yang tampil dalam teatrikal Pertempuran Lima Hari di Semarang ini. Mereka terdiri dari para pelajar, baik SMA/SMK, mahasiswa, dan masyarakat Kota Semarang.

“Ini agar masyarakat tahu bahwa Semarang itu bukan hanya kota tanpa keberanian. Maka jadi orang Semarang harusnya bangga dan mencintai sejarah. Kegiatan ini (teatrikal) bukan hanya untuk mendapatkan kemampuan berseni. Tapi kegiatan yang bersifat kolektif. Maka harapan saya, anak-anak ini menjadi pemuda Semarang yang tanggung jawab di masa mendatang,” harap Sukirno

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengajak generasi di Kota Semarang untuk tahu dan meneladani sejarah perjuangan para pahlawan. Menurutnya, sebagai generasi penerus bangsa, harus dapat meneladani dan memaknai nilai-nilai perjuangan para pahlawan yang telah gugur.

“Di Semarang banyak pejuang kemerdekaan yang namanya telah diabadikan. Dokter Kariadi yang namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit. Ada pula KRMT Wongsonegoro yang namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit daerah di Kota Semarang. Dari merekalah nilai perjuangan harus diteladani oleh generasi muda. Maka anak-anak harus tahu sejarah masa lalu, sejarah yang ada di Kota Semarang,” kata Ita, sapaan akrab Wali Kota Semarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya