SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertumbuhan tinggi badan anak balita. (freepik)

Solopos.com, UNGARAN — Pengentasan stunting menjadi salah satu program pemerintah yang dicanangkan untuk berhasil dituntaskan pada tahun 2024. Hal itu dilakukan untuk menyiapkan generasi muda Indonesia yang akan memasuki bonus demografi dan mewujudkan generasi Indonesia Emas tahun 2045.

Berdasarkan data yang dirilis Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Semarang, pada tahun 2022 tercatat jumlah kasus stunting sebanyak 3.284 anak. Angka itu turun di awal tahun 2023 sebanyak 3.190 anak.

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

Dari jumlah tersebut, anak balita dengan stunting terbanyak berada di wilayah Kecamatan Tengaran. Jumlahnya mencapai 239 anak. Di bawahnya terdapat Kecamatan Pabelan dengan 205 anak.

Inovasi penekanan angka stunting terus dilakukan diberbagai daerah. Salah satunya di Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Uniknya, di desa ini memilih memberikan ayam hidup kepada keluarga stunting agar gizi sang anak bisa tercukupi dengan baik.

Hal itu dilakukan Riyadi selaku Kepala Desa (Kades) Kadirejo. Angka stunting di wilayahnya mengalami peningkatan dari 25 anak pada 2022 menjadi 31 anak di tahun 2023. Selanjutnya, Kades Kadirejo ini memilih memberikan bantuan berupa ayam hidup.

“Konsep kami ketika memberikan bantuan ke warga itu bukan hanya sekali. Kalau bantuan seperti biasa dilakukan sebelumnya kan dikasih bahan pokok. Misalnya telur, ketika sudah habis kan selesai. Kalau kami beri ternaknya, itu kan enggak ada habisnya. Artinya berkelanjutan,” terang Riyadi kepada Solopos.com, Kamis (19/10/2023).

Pemberian bantuan ayam itu, lanjut Riyadi, bukan ayam yang sudah besar. Tetapi ayam yang masih kecil dibesarkan melalui kelompok wanita tani secara kolektif. Saat sudah besar baru diberikan kepada keluarga yang mengalami stunting.

“Kami berikan ayam maron dari Temanggung. Jumlahnya sekitar 400 ayam. Satu keluarga dapat sekitar 15 ayam. Itu kan kecil, ketika sudah besar, sebagian diberikan. Sebagian lagi dijual untuk beli bibit lagi,” ungkap Riyadi.

Konsep itu sudah dijalankan Desa Kadirejo pada tahun ini. Setelah ini berhasil, Riyadi akan langsung memberikan kepada keluarga yang menerima stunting. Sebelumnya, keluarga penerima bantuan tersebut juga akan dilatih dan didampingi oleh kelompok wanita tani.

“Tahun depan kami anggarkan untuk dikasih langsung ke keluarga yang stunting. Kami berikan kandang plus ayamnya. Jadi setiap hari keluarga tersebut bisa mengonsumsi telur karena ayam maron ini cepat bertelur,” terang Riyadi.

Selain pemberian bantuan ayam, kata Riyadi, keluarga penerima manfaat itu juga diberikan bibit sayuran berserta pupuknya. Sehingga bisa ditanam di pekarangan rumah masing-masing. Hal itu dilakukan juga untuk menambah ekonomi masyarakat.

“Jadi kami latih dulu juga. Kami berikan bibit sayuran dan pupuknya. Ini juga bisa sekaligus meningkatkan pendapatan ekonomi dari masyarakat,” terang dia.

Selain bisa berkelanjutan, konsep tersebut juga lebih menghemat anggaran. Setelah pemberian bantuan ayam tersebut, setiap hari telurnya bisa dimanfaatkan. Kemudian, ayamnya bisa dijual juga setelah masa panen.

“Kami berikan sekali, nantinya bisa terus berkelanjutan sampai anak itu bebas dari stunting. Konsep ini juga lebih hemat jika bantuan secara langsung. Kalau ayam kemarin sekitar Rp10 jutaan sudah sama pupuknya,” terang Riyadi.

Saat ini sudah ada dua anak yang bebas dari stunting. Konsep baru itu baru dijalankan di satu dusun di wilayah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

Wakil Ketua Kelompok Wanita Tani Jati makmur Desa Kadirejo, Juwarti, mengaku konsep dan ide dari kades ini sangat mendapatkan antusias dari masyarakat. Dirinya bertanggungjawab untuk memelihara ayam tersebut.

“Kami belajar bareng-bareng untuk perawatan ayam ini. Kami bagi kelompok untuk memberikan makan ayam dan membersihkan kandang,” kata Juwarti.

Program pertama ini, kata Juwarti, ayam maron sengaja dipilih yang pejantan semua. Pasalnya, prioritas saat ini untuk konsumsi keluarga yang menderita stunting. Setelah dirawat 2,5 bulan, ayam tersebut bisa dipanen dan dibagikan keluarga yang menerima manfaat.

“Ini sudah panen dan sebagian dijual untuk dibelikan bibit. Kalau ada lagi tahun depan penginnya yang petelur,” terang Juwarti.

Juwarti mengaku program inovasi dari Desa Kadirejo itu juga menarik desa-desa lain. Sebab menjadi program yang pertama penanganan stunting dengan memberikan bantuan ayam hidup dan bibit sayuran. Bahkan, program ini juga akan ditiru oleh desa lain di wilayah Kecamatan Pabelan.

“Pas perkumpulan di tingkat Kecamatan, ya pada tertarik. Kecamatan juga akan mengembangkan konsep ini dan desa lain juga ada yang pengin mencoba,” bebernya

Melihat keberhasilan program pengentasan stunting dengan pembagian ayam hidup dan bibit sayuran itu, kata Juwarti, dirinya ingin program itu terus berlanjut dan tahun depan bisa diterapkan secara masif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya